And maybe the world could be ours, tonight.
Serayu Amaya.
Hari sudah berganti menjadi malam, rembulan bersinar terang di langit-langit, dengan puluhan bintang yang saling memamerkan keindahan sinarnya. Cahaya bulan bersinar sendiri di tengah, penanda bahwa tidak ada yang biasa menandinginya, semua sinar punya pemiliknya, dan semua bersinar bersama—menghiasi langit Jakarta hari ini.
Serayu duduk di baris paling depan, berterima kasihlah pada Fariz yang sigap memesan tiket pertama sebelum war. Sedari tadi mata Serayu tidak memudarkan binar bahagianya, itu sangat menyentuh untuk dilihat oleh lelaki di sampingnya.
Ini baru satu dari sejuta keindahan di dunia, Ra. Kamu pantas melihat yang lainnya, bersamaku, mungkin? Fariz tersenyum tipis menepis segala khayalan yang selalu bersarang dalam benaknya akhir-akhir ini.
Deg!
Jantung Fariz seakan berhenti berdetak, semua aktivitas di sekitarnya terasa melambat saat dengan sengaja Serayu menautkan telapak tangannya pada tangan perempuan itu.
Serayu melirik sekilas pada Fariz sebelum memusatkan perhatiannya pada panggung yang berada di hadapan mereka, dengan berkata sebuah kalimat.
"Terima kasih, Fariz. Aku seneng kamu bawa aku ke sini. Kamu tahu, 'kan, senin besok kita udah ujian?" Fariz mengangguk pelan. "Pastinya aku ga bakal bisa kemana-mana karena harus fokus sama ujian, dan ini minggu terakhir Mamah bebasin aku," sambungnya menutup kalimatnya dengan seulas senyuman menghiasi wajahnya yang terkena cahaya rembulan; menjadikannya sangat bersinar.
Fariz turut mengulas senyum menatap tepat ke arah salah satu bintang yang sinarnya perlahan redup tertupi oleh pancaran sinar bintang lainnya. Apa saat nanti aku tidak punya siapa-siapa lagi kamu masih ada bersamaku, Ra? Atau jika suatu hari nanti aku kehilangan cahayaku kamu sudi membagi cahaya milikmu denganku? Seperti yang aku lakukan hari ini.
Serayu tidak begitu menikmati konser yang digemari banyak orang itu, memang lagu yang mereka bawakan membawakan sebuah makna dalam, tetapi tidak cukup membuatnya tersentuh. Konser tersebut selesai beberapa menit lalu, kini mereka berdua berada di salah satu stan batagor sebelah panggung.
"Ra, jangan bikin malu, deh!" tegur Fariz menyaksikan betapa gilanya perempuan ini. Dari yang awal membeli cilok bumbu kacang tepat berada di seberang, sekarang dengan lahap memakan batagor, dan itu bukan jumlah yang sedikit! Apa Serayu tidak kenyang? Fariz sendiri sudah tidak tertarik melihat jajaran stan makanan, kecuali ada yang menjual cireng dengan isi ayam suwir pedas, sudah pasti lelaki itu borong!
Serayu tidak menanggapi teguran Fariz, dia hanya ingin memuaskan hasrat berburu makanan yang dia tinggalkan sejak masuk SMA. Sebenarnya itu bukan keinginan Serayu, itu adalah perintah dari Jana untuk menjaga pola makannya agar teratur, terakhir kali dia berburu seperti ini saat di perpisahan SMP; itu menyebabkan berat badannya menaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow (TAMAT)
Ficção Adolescente《 Diikutsertakan dalam cakra writing marathon batch 5 》 °°° "Mari bahagia dalam kemilau sinarnya sang senja, di bawah langit yang meredup." Serayu tak mengapa jika hanya memandang Akara dari jarak jauh, dia tak masalah bahkan jika Akara memiliki kek...