{🌉} Batagor Bumbu Air Mata.

10 3 0
                                    

Tolong tanyakan pada dirinya, masih bisakah diriku memperjuangkan semua kala dirinya mulai menunjukkan ketertarikan pada dirimu.

Serayu Amaya.

Jana masih belum pulang, katanya sang atasan menambah kegiatan lain yang mengharuskan Mamahnya untuk ikut serta. Serayu tidak mempermasalahkan itu, toh dia sudah biasa dengan kesendirian.

Tepat hari ini, di Senin siang dia berencana untuk membeli makanan sekitaran sekolahnya, sekalian bernostalgia mengenang masa-masa pahit. Padahal baru beberapa bulan lulus, dan sekolah juga belum aktif kembali.

"Makan batagor enak kali, ya?" pikirnya membayangkan batagor ter-enak di sekolahnya, berada tepat di samping. "Ajak Fariz, ga, ya?" Sejak kejadian beberapa hari lalu, Serayu menjadi sedikit menjaga jarak dengan lelaki itu.

Dia sendiri bingung kenapa harus menghindari Fariz? Apa salahnya menaruh rasa pada seseorang? Itu bahkan bukan sebuah tindak kriminal.

"Aku terlalu jahat sekarang. Apa sebaiknya ajak dia saja, ya? Makan batagor Mang Adi bakal tambah enak kalau ajak teman ngobrol," lirihnya menimang-nimang sebelum membelokkan langkah kakinya ke gang rumah lelaki itu.

Serayu bersenandung kecil sembari melompat-lompat dengan senyum merekah menghiasi wajahnya yang semakin berseri terpapar sinar matahari.

"Farizzz ...." Serayu berteriak menyerukan nama Fariz tepat di gerbang rumahnya, tak lama terdengar knop pintu rumah tersebut berputar lalu keluar sang pemilik rumah yang tak lain Fariz sendiri; masih dengan muka bantalnya, rambut yang acak-acakan, baju tidur bergambar doraemon, memeluk guling.

"Apa, sih, Ra? Ganggu tidur aja," omelnya seraya menguap dengan mata yang sedikit terpejam.

Serayu tidak habis pikir, kenapa semakin ke sini Fariz benar-benar di luar dugaannya. Biasanya lelaki itu akan bangun pagi untuk merecokinya, meski sekedar berkeliling lalu mampir ke tempat bubur langganan mereka. Kini dia tersadar bahwa semenjak hari itu juga Fariz menekan kuat-kuat perasaannya.

"Cepet mandi, ga pake lama. Temenin ke sekolah buat beli batagor Mang Adi!" ajak Serayu langsung. Perempuan itu membuka pagar rumah Fariz lalu duduk di terasnya, menengadah untuk melihat Fariz yang masih berdiri tenang. "Buruan, Riz!"

Fariz berdecak pelan, mengacak-acak rambutnya sendiri lalu masuk kembali ke dalam rumah; meninggalkan Serayu.

Setelah satu jam lamanya, akhirnya Fariz keluar terbalut pakaian yang rapi, dan wangi, wajahnya yang tadi kusut seperti kanebo kering kini bersinar lengkap dengan sebuah senyum terpantri.

Yellow (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang