Meski nanti kamu menolak hadirnya, nyatanya hatimu menerima dengan lapang dada. Saat kamu sadari, akhirnya kedua kakimu akan mengantarkan dirimu kembali padanya, lagi.
Serayu Amaya.
Serayu terlihat termenung di depan kelasnya, dengan pandangan yang kosong. Entah pergi kemana jiwanya setelah kejadian yang menimpa beberapa menit lalu, Yasmin yang menangis sembari memeluk erat dirinya. Hatinya resah, dan gelisah, mengapa selalu dia rasakan perasaan seperti ini?
"Menyusahkan ketika kamu harus mengerti perasaan orang lain, dan menenangkannya." Serayu mengembuskan napas pelan. "Karena aku juga butuh ditenangkan, didengarkan, dan bersandar sebentar," lanjut batinnya tertekan.
Dia selalu terjebak bersama tugasnya yang sebenarnya bisa saja tidak dia laksanakan, namun seperti sudah takdirnya hanya menjadi penenang. Serayu semakin tidak bisa mengendalikan dirinya kala dihadapkan dengan beberapa orang yang kesulitan akan hidupnya.
"Menyesakkan rasanya mendengar pilu tangisnya, aku juga ingin berani seperti itu, memperlihatkan seberapa rapuhnya aku. Tetapi aku selalu menguatkan diri, dan kembali murung setelahnya," monolognya. Serayu menutupi wajahnya dengan kedua tangan, menyembunyikan raut putus asa.
Dari celah kedua tangannya, dapat dia lihat Yasmin bersama Sani tengah menonton permainan sepak bola dari atas, tak berniat turun mendekat ke lapangan untuk melihat lebih jelas.
Perubahan emosi manusia itu tidak bisa ditebak, ya? Padahal baru saja mereka dekat lagi, tapi kembali ada sekat.
Serayu menurunkan kedua tangannya, dan bangkit berniat melihat pertandingan sepak bola antar kelas yang memang biasa diadakan setiap hari Rabu. Tepat berada di sebelah Yasmin, dari ekor matanya bisa dilihat betapa antusias perempuan itu serta mendengar mulutnya menggumamkan nama seseorang.
"Aku baru tahu Akara se-keren itu kalau lagi main," gumam Yasmin yang didengar oleh Serayu.
Akara?
"Yas, lihat deh, Akara berhasil cetak gol!" seru Sani yang berada di sebelah kiri Yasmin menyenggol bahunya.
Yasmin segera bersorak penuh semangat, sepertinya terdengar oleh orang-orang yang berada di bawah.
"KAMU KEREN AKARA! SEMANGAT!"
Serayu tersenyum simpul melihatnya, dia senang temannya tidak lagi melihatkan lukanya, karena Serayu akan merasa sangat gagal jika kembali melihat bulir air mata membasahi wajah perempuan itu.
Dia menjadi penasaran pada sosok Akara yang menjadi alasan tersenyumnya Yasmin, bahkan membuat kedua mata itu memancarkan binar bahagianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow (TAMAT)
Novela Juvenil《 Diikutsertakan dalam cakra writing marathon batch 5 》 °°° "Mari bahagia dalam kemilau sinarnya sang senja, di bawah langit yang meredup." Serayu tak mengapa jika hanya memandang Akara dari jarak jauh, dia tak masalah bahkan jika Akara memiliki kek...