Kamu takkan tahu seberapa jauh aku merencanakan hal-hal indah bila bersamamu kelak, yang tak aku sadari akan terjalani atau tidak.
Serayu Amaya.
Yasmin sampai di rumah larut malam, kosong, itulah penggambaran rumahnya sekarang. Selalu seperti ini, disambut oleh keheningan.
Dia memilih merebahkan dirinya di kasur, serta memejamkan mata; masih terngiang-ngiang pembicaraannya bersama Fariz. Apa yang lelaki itu tahu? Karena Fariz tidak memberi tahu apapun lebih lanjut, dia pergi meninggal sejuta pertanyaan yang bersarang dalam pikiran Yasmin.
"Kenapa semua menjadi rumit?" Dia lelah akan semua yang menimpanya belakangan ini, setahun berlalu sejak perpisahannya bersama Akara. Entah di mana lelaki itu sekarang, semoga bahagia hidupnya—bersama pilihannya. "Setya bahkan ga ada ngabarin hari ini, dia kenapa, sih?" Yasmin bingung dengan sikap Setya akhir-akhir ini; sedikit menjaga jarak, tidak ada obrolan mesra setiap malam—saling menceritakan kesehariannya.
Di saat seperti ini, Yasmin kembali terbayang oleh Serayu; si perempuan maniak buku. "Andai bisa tukar jiwa, aku mau jadi kamu walau sehari aja, Ra." Tidak tahu dari mana ke-irian hatinya pada hidup Serayu.
Mungkin bisa saja karena Serayu yang tidak pernah menceritakan lukanya, deritanya atau masalahnya. Perempuan itu sangat lihai menyembunyikan semua, sampai tidak bisa tercium bangkainya. "Kamu terlalu tenang, Ra."
Andai Yasmin bisa sekali saja melihat terpuruknya Serayu, maka dia berjanji akan berhenti mencari kepuasan hasratnya.
"Tunjukkan rapuhmu, Ra. Jangan bersembunyi dalam bayang malam, dan kembali menipu seluruh dunia. Itu ... menjijikkan."
Tanpa dia sadari, benih benci mulai tumbuh.
🌅🌅🌅
Hari ini tidak perlu ke sekolah karena ujian telah selesai, mereka diberi waktu untuk istirahat selama dua minggu sebelum acara pelulusan.
Fariz sedari pagi sudah berada di rumah Yasmin atas kemauan perempuan itu, dengan wajah angkuhnya Fariz tersenyum lebar melihat kedatangan Yasmin membawa nampan berisi minum, dan cemilan.
"Tidak usah repot-repot, Yasmin," ucap Fariz dengan raut muka mengejek.
Yasmin memutar bola mata malas meladeni segala tinggah Fariz, dari mana pula Serayu memungut lelaki seperti dia? "Tidak usah basa-basi, katakan hal yang seharusnya kamu katakan. Kamu tahu aku bukan orang yang pengangguran seperti kamu, 'kan?" Dapat Yasmin lihat lelaki itu mengangguk masih dengan senyumannya.
"Setya kembali ke Bandung hari ini."
Deg!
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow (TAMAT)
أدب المراهقين《 Diikutsertakan dalam cakra writing marathon batch 5 》 °°° "Mari bahagia dalam kemilau sinarnya sang senja, di bawah langit yang meredup." Serayu tak mengapa jika hanya memandang Akara dari jarak jauh, dia tak masalah bahkan jika Akara memiliki kek...