Ternyata ini takdir yang harus aku terima, mengapa se-sakit ini?
Serayu Amaya.
Takdirku kamu, biarlah raga ini membawaku dalam dekapmu, hanya padamu.
Biar juga aku berpulang—kembali ke rumah kita bersama.
Biar kita bangun mahligai cinta, mengukir setiap takdir di antara kita berdua.
Akara Alarain.
"Maaf terus-terusan menyulitkanmu, Yasmin."
Mereka baru saja tiba di rumah Yasmin, perempuan itu mengajaknya untuk singgah dahulu sebab hujan turun begitu derasnya.
"Tidak, Ka. Kamu bebas merepotkanku kapanpun, karena aku yang memilih untuk bersamamu. Aku sama sekali tidak merasa terbebani oleh itu, repotkan aku, datang padaku setiap saat," balas Yasmin sembari mengeringkan rambut Akara yang basah.
Akara merasa tersentuh diperhatikan sebegitunya oleh Yasmin, pilihannya tepat, perkataan hatinya benar untuk memilih Yasmin sebagai kekasihnya.
"Tolong repotkan aku juga, Yas. Aku tahu kamu masih sering memendam sendiri semua masalahmu itu, berbagilah denganku dan kita hadang semua masalah bersama."
Yasmin merasakan kupu-kupu beterbangan menggelitik perutnya.
"Jangan palingkan wajahmu dariku, Ka," ucap Yasmin secara tiba-tiba membuyarkan lamunan Akara yang sedari tadi sibuk memerhatikan wajah Yasmin dari jarak dekat.
Akara mengulum senyumnya dengan lebar, memberi sesuatu yang terbaik, tatapan memuja terlihat dari kedua matanya, serta sebuah ketulusan yang terpancar jelas. "Kamu adalah objek yang tercipta, Yas. Akan sangat rugi meski memalingkan wajah barang sedetik darimu, maka tetaplah berada juga dalam radarku."
Akara menarik pelan pergelangan tangan Yasmin agar lebih dekat dan lebih mudah membawa perempuan itu ke dalam dekapannya.
Yasmin yang tidak siap akhirnya terjatuh langsung menimpa tubuh Akara, dan lelaki itu menahan pergerakan Yasmin dengan memeluknya begitu erat.
"Aku mencintaimu, matahari-ku." Pernyataan yang bukan sekali dua kali terdengar oleh Yasmin. Detak jantungnya berdetak cepat, Akara sangat tahu cara mengobrak-abrik hatinya.
Yasmin turut tersenyum—tatapannya sayu, sedikit berlinang air mata di pelupuk matanya, dia tidak menyangka peluk yang ia harapkan kini menjadi miliknya, sekarang memeluknya erat. "Aku juga mencintaimu, Akara."
Yasmin menjadi sangat bersyukur pada takdir yang menuntunnya 'tuk mencintai Akara, jika awalnya dia menyerah begitu saja mungkin Akara sekarang berada dalam peluk yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow (TAMAT)
Teen Fiction《 Diikutsertakan dalam cakra writing marathon batch 5 》 °°° "Mari bahagia dalam kemilau sinarnya sang senja, di bawah langit yang meredup." Serayu tak mengapa jika hanya memandang Akara dari jarak jauh, dia tak masalah bahkan jika Akara memiliki kek...