Kamu ... tersenyum, senyum yang nyata tidak dibuat-buat. Pertahankan, ya?
Serayu Amaya.
Untuk yang kesekian kali Serayu berhenti untuk memandangi sinar senja yang bersinar terang begitu indahnya, menghantar segala hangat; berharap tersampai pada seseorang.
Langkahnya terhenti untuk mendekat pada pinggir jembatan kala melihat sosok yang tidak asing, juga tengah mengagumi salah satu keindahan di dunia.
"Dia ... Akara, 'kan?"
Tidak salah lagi, yang berada di hadapannya adalah Akara, lelaki pujaan Yasmin. "Dia, kembali lagi?" Serayu berjalan pelan mendekati lelaki yang berdiri dengan mengeratkan pegangannya pada pinggir jembatan, berdiri tepat di samping Akara, sama seperti waktu itu. Bedanya sekarang ada setitik binar kelegaan dalam matanya, tidak ada genangan air mata menumpuk di kantung mata, dan keberanian yang tidak Serayu ketahui datangnya sampai membawa kedua kakinya mendekati Akara.
Dapat perempuan itu lihat dengan mata kepalanya sendiri, Akara menyunggingkan senyumnya, raut wajahnya berseri-seri. Indah. Senyumannya ... indah. Batin Serayu memekik girang.
Dia menjadi sangat tersentuh melihat lelaki yang selalu menunjukkan tangisnya di jembatan ini, kini tersenyum dengan penuh bahagia meski masih tampak jejak kesedihannya, tidak mengapa. "Teruslah tersenyum seterusnya, Ka?"
Entah dia sadari atau tidak, Serayu menjadi sedikit tertarik dengan lelaki bernama Akara. Karena pada awalnya, dia memang sudah menaruh sedikit atensinya kepada Akara, saat tanpa sengaja melihat bagaimana tangis histeris miliknya.
"Tapi apa kamu kembali karena Yasmin, Ka?" lirih Serayu melirik Akara dengan hati-hati, ada rasa cemas saat menyebut nama Yasmin. Tidak ada niat untuk merebut Akara dari Yasmin, tapi bisakah Serayu meminta izin untuk melihat lagi senyum milik Akara? "Senyumannya sangat teduh, dan menenangkan, seakan jika kamu bersamanya maka semua kekhawatiranmu pada dunia akan sirna."
Dulunya, Akara terlihat biasa setelah beberapa kali pertemuan mereka. Hingga akhirnya membuat Serayu sedikit penasaran pada kehidupan seorang Akara Alarain.
Akara masih belum menyadari sosok lain yang menemaninya waktu tenangnya, dia tidak peduli pada apapun sekarang—kecuali kesembuhan, serta kenyamanan hidupnya.
"Aku akan sembuh perlahan. Tunggu aku sampai saat di mana, aku berani untuk menampakkan diri di hadapanmu lagi, Yasmin," ujarnya penuh tekad. Ada yang salah ... mengapa hatinya tidak merasa perasaan bahagia sedikit saja? "Aku, tidak mungkin mulai mati rasa, 'kan?" Hampa. Dia merasakan kehampaan yang berbeda dari hampa yang dahulu dia rasakan, kali ini benar-benar kosong ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow (TAMAT)
Novela Juvenil《 Diikutsertakan dalam cakra writing marathon batch 5 》 °°° "Mari bahagia dalam kemilau sinarnya sang senja, di bawah langit yang meredup." Serayu tak mengapa jika hanya memandang Akara dari jarak jauh, dia tak masalah bahkan jika Akara memiliki kek...