Ku rasa semua sudah tidak lagi menjadi istimewa, saat perlahan rasa ini memudar.
Serayu Amaya.
Serayu tidak bisa terlalu banyak memberi saran pada Yasmin, karena yang dibutuhkan oleh perempuan itu bukanlah sebuah saran melainkan tempat bersandar, maka yang dia lakukan hanya setia mendengarkan setiap keluh yang keluar dari mulut Yasmin.
Masih dengan posisi memeluknya erat, Yasmin kembali menangis.
"Tidak bisakah aku merasakan sejatinya cinta, seperti yang kerap kali aku dengar dari kisah orang lain?" lirih Yasmin untuk kesekian kali hari ini.
"Kamu tentu bisa, semua orang pantas, mungkin memang belum waktunya saja," balas Serayu pada akhirnya. "Semua yang datang sekarang belum tentu menjadi takdir yang telah ditetapkan untukmu, mereka datang di waktu yang salah." Lanjutnya membuat Yasmin merenungi semuanya dalam sekejap.
Serayu benar, dia terlalu terburu-buru menempatkan hati ketika dirinya belum siap akan jatuhnya. "Tapi apa harus ditampar secara bersamaan juga?" Bisa Yasmin lihat perempuan di dekapannya menganggukkan kepala.
Yasmin melepas peluknya, sembari menghapus sisa-sisa air matanya. Dia begitu terlihat hancur perihal rasa, Serayu kembali ragu.
Haruskah aku merelakannya? Tetapi kenapa mereka malah semakin melukai satu sama lain, harusnya rasa itu terjalin, bukan? Apa sudah separah itu sakitnya? Pikiran Serayu berkecamuk memikirkan beberapa kemungkinan antara Yasmin, dan Akara.
Beban Serayu selalu bertambah setiap mendengarkan cerita Yasmin, mengapa harus dia dari banyaknya teman perempuan itu?
Kini Serayu tersadar akan suatu hal; dia selalu menjadi pilihan kedua bagi setiap orang di sekitarnya. Fariz juga melakukan hal tersebut, lelaki itu datang saat terbenam matahari, pergi sebelum menyapanya lagi. Meski Serayu tahu Fariz menyimpan perasaan untuknya, tetapi lelaki itu tidak memperlihatkannya begitu. Entah sifat mana yang menarik Fariz, Serayu berharap dia segera lupa pada rasanya.
Puk!
Tepukan pada bahunya menyadarkan Serayu kembali pada kenyataan.
"Kamu dengerin aku, enggak, sih, Ra?" protes Yasmin melihat Serayu yang asik melamun.
Serayu mengangguk. "Aku denger, Yas." Meski belum tentu kamu lakukan hal yang sama untukku, lanjut batinnya.
Karena sudah tidak ada lagi yang ingin dia bicarakan bersama Serayu, Yasmin pamit untuk pulang setelah hatinya benar-benar merasa tenang sementara waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow (TAMAT)
Teen Fiction《 Diikutsertakan dalam cakra writing marathon batch 5 》 °°° "Mari bahagia dalam kemilau sinarnya sang senja, di bawah langit yang meredup." Serayu tak mengapa jika hanya memandang Akara dari jarak jauh, dia tak masalah bahkan jika Akara memiliki kek...