08

2.2K 200 14
                                    




If I don't love you, why do I think about you so much? It's more than just a common 'caring'.

Maybe it's love?

-

Keesokan paginya,

Renjun mengerjap pelan menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar melalui celah-celah jendela yang tak tertutup rapat gorden. Pinggangnya terasa berat sebab kini dipeluk erat oleh sosok pria yang masih tertidur.

"Jaehyun, aku bukan bantalmu."

Jaehyun tak terlalu bereaksi, masih tertidur dengan Renjun dalam pelukannya. Membiarkan tubuh telanjang mereka menempel di dalam selimut tebal.

Renjun mendongak, menatap wajah tampan yang sangat damai ketika tertidur. Pemandangan paginya yang sangat indah dan sayang sekali jika dilewatkan. Tangannya terulur mengusap rambut tebal Jaehyun yang menutupi keningnya, lalu turun hingga ke bibir tebalnya. Ia menyentuh bibir itu dengan ibu jarinya, mengusap pelan hingga kedua mata yang tertutup itu terbuka.

Jaehyun terkekeh pelan dengan serak melihat wajah Renjun yang memerah seperti tomat. Ia menarik pelan jari-jari yang dengan nakal menyentuh area wajahnya, lantas mengecupnya pelan.

"Jae," lirih Renjun saat kecupan itu turun ke leher jenjangnya, menciumi tulang selangkanya yang terbentuk indah.

Jaehyun tersenyum, kembali menyatukan belah bibir mereka. Ciuman itu begitu lembut, namun menuntut. Jaehyun menyesap bibir bagian bawah dan atas Renjun bergantian, lalu berakhir mengecup bibir, hidung hingga keningnya.

Renjun memejamkan matanya saat keningnya dicium lama. Jaehyun selalu mampu memberikan kehangatan yang diinginkannya. Mereka kemudian kembali berbaring di atas ranjang, dengan tubuh Renjun dalam dekapan hangat Jaehyun.

"Jam berapa sekarang?" tanya Renjun.

Jaehyun melirik jam yang berada di atas nakas, "Masih jam tujuh pagi. Kenapa?"

"Aku harus ke kantor sebelum jam delapan."

Jaehyun melepas dekapannya membuat Renjun merengek. "Jangan lepas..." Lantas Jaehyun menunduk melihat Renjun yang masih meringkuk seperti bayi. "Katanya harus ke kantor?"

Renjun terdiam. Sebenarnya dirinya pun belum siap pergi ke kantor, selain tak ingin bertemu dengan Jeno, ia juga merasa sekujur tubuhnya pegal karena ulah Jaehyun.

"Kalau aku tidak masuk kerja, boleh?"

"Kenapa harus meminta izin?"

Oh iya, kenapa harus izin? Sedangkan Jaehyun bukanlah siapa-siapanya. Renjun menelan ludahnya kasar mendengar itu. Ia tahu bahwa itu hanya respon biasa saja, tapi entah kenapa ia merasa tersinggung.

"Karena kau yang membuatku begini," balasnya kemudian. Renjun berbalik, membelakangi Jaehyun. Tiba-tiba menjadi kesal saat melihat wajah tampan itu.

"Kalau begitu tidak usah ke kantor, perlu saya yang meminta izin?" Jaehyun menarik tubuh mungil itu, kembali mendekapnya dari belakang. Tahu betul bahwa si mungil tiba-tiba merajuk, tapi tak tahu karena apa.

Renjun menggeleng tanpa membalas. Tidak mungkin ia membiarkan Jaehyun yang meminta izin. Pria itu merupakan pimpinanan di perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Lagipula aneh sekali, jika pria itu meminta izin atas namanya.

"Memangnya kau tidak bekerja?"

"Bekerja, tapi siang nanti."

Renjun mendengus sebal. Ia mencubit kecil lengan kekar yang melingkar di pinggangnya itu. Dan secara tiba-tiba saja perutnya berbunyi. Pipinya langsung memerah menahan malu. Renjun sangat yakin bahwa Jaehyun pasti mendengarnya.

Between Us | JaeRen✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang