Berdiri di depan wastafel, Renjun membasuh wajahnya lalu menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya sembap, sempat menangis saat di dalam toilet tadi. Renjun tahu tak seharusnya ia mengalami stress, karena itu akan berdampak buruk bagi kehamilannya.Kembali ke ruangan kerjanya, Renjun mengambil mantel beserta tas miliknya, bersiap pulang karena jam kerja sudah berakhir. Tubuhnya sudah begitu lelah. Rasa-rasanya ia membutuhkan aromaterapi dan wewangian herbal yang bisa menyegarkan tubuhnya.
"Kau mau ke mana?" tanya Taeil, ketua divisinya. Pria itu menghampirinya dengan setelan khas kerjanya.
"Saya ingin pulang." Renjun melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam petang.
"Kau tidak membaca group chat kita?" tanyanya.
Renjun memiringkan kepalanya, mengernyit heran sebelum akhirnya tersadar. "Ah, saya lupa memberi tahu kalau ponsel lama saya rusak."
Taeil mengangguk-angguk mengerti. "Ada makan malam bersama hari ini. Hanya orang-orang di divisi kita."
"Benarkah? Jam berapa?"
"Jam tujuh malam. Kau harus datang, Renjun."
Renjun menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Baru saja ia membayangkan betapa nyaman dan lembutnya kasur di rumah, tapi semua itu harus sirna begitu saja. Ia lalu hanya mengangguk dan membungkuk sopan. Setelah itu Kim Taeil berlalu pergi.
Dengan helaan nafas berat, Renjun melihat ke arah Haechan yang masih duduk di kursi kerjanya. Pria dengan kaca mata minus-nya itu masih melihat ke arah layar laptopnya. Entah sedang mengerjakan apa. Maka, Renjun putuskan untuk menghampirinya.
"Kau datang malam nanti?'
Haechan menoleh, mengangguk sebagai jawaban. "Mau pergi bersama denganku?"
Renjun menimang-nimang sejenak ajakan itu sebelum akhirnya mengiyakan, sebab hari ini ia memang tidak membawa mobil. Tadi pagi ia diantar oleh Jaehyun.
"Ngomong-ngomong di mana?"
"Di tempat biasa."
Renjun mengangguk, lalu kembali duduk di kursinya. Yang dimaksud tempat biasa adalah sebuah kedai langganan tempat mereka biasa berkumpul kecil-kecilan.
Setelah beberapa menit menunggu, Haechan menghampirinya dengan penampilan yang lebih segar dari sebelumnya. "Ayo," ucapnya sambil menunjukkan kunci mobilnya.
Di dalam mobil, kedua pekerja kantoran itu sibuk berbincang membahas hal random. Sesekali Haechan akan bercanda dan ditanggapi dengan tawa oleh Renjun.
"Aku penasaran bagaimana Pak Taeil mabuk nanti." Haechan tertawa mengingat saat mereka berkumpul dulu, ketua divisinya itu mabuk dan mengajak orang asing untuk melihatnya berjoget. Seingat Haechan, ia bahkan masih menyimpan videonya.
"Kau nanti jangan sampai mabuk," ucap Renjun menoleh pada Haechan yang sibuk menyetir.
"Kenapa?"
Renjun berdecak. "Tentu saja agar kau tidak pulang menyetir dalam keadaan mabuk."
"Perhatian sekali," godanya sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Renjun memutar bola matanya malas. Geram sekali saat melihat Haechan. Ingin sekali rasanya ia membenturkan kepala itu ke kaca mobil agar pikirannya kembali waras.
"Aku percaya kalau kau nanti akan mabuk," ucap Haechan sangat yakin seratus persen.
"Aku?" tunjuk Renjun pada dirinya sendiri. "Aku tidak minum alkohol," jawabnya kemudian sambil membasahi bibirnya yang terasa kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | JaeRen✔️
FanfictionBerawal dari kejadian di sebuah pesta, masalah mulai datang perlahan ke dalam hidupnya. Setiap Renjun berada dalam masalah itu, ia tanpa sengaja akan selalu bertemu dengan Jaehyun, penolongnya. Start : 25/04/23 Finish : 11/02/24 RANK #1 JAEREN 23/12...