" Kok udah pulang? Pulang pagi?"
Pertanyaan yang baru saja ia dengar ketika masuk ke dalam rumah mampu membuat atensinya jatuh kepada wanita dengan perut buncitnya yang sedang duduk di ruang tengah dirumah itu.
Kakinya ia langkahkan ke arah wanita tersebut, tubuhnya ia dudukkan disampingnya, kepalanya ia senderkan pada senderan kursi yang ia duduki ini, matanya ia pejamkan sebentar, nafasnya berhembus beraturan dengan pelan.
Wanita disampingnya menatapnya dengan lekat, meneliti semua pergerakan laki laki disampingnya ini dengan seribu pertanyaan di otaknya.
" Kalau kamu jadi aku, kamu bakal pilih alana atau kamu?"
Ah, sekarang ia tau ada apa dengan laki laki disampingnya ini.
Ashel sedikit menggeser duduknya untuk menghadap pada laki laki disampingnya ini," Aku bakal pilih orang yang bener bener aku sayang sih, tapi kalau jadi kamu ya ngga bisa milih juga" jawabnya
Kepalanya mulai ia tegakkan kembali. Sorot matanya menatap lekat perempuan yang baru saja menjawab pertanyaannya ini.
" Pilihan aku ada dua, tapi aku cuma bisa pilih kamu kan ya cel?"
Ashel diam, mulutnya tak mampu menanggapi pernyataan dari laki laki didepannya ini.
" Alana udah tau?"
Aji mengangguk lirih," Ternyata papahnya temen deket papah kamu" jawab aji
" Tadi pagi aku diajak ngobrol sama papahnya, lebih tepatnya disuruh buat udahan aja sama alana" lanjut aji
Ashel sedikit terkejut dengan paparan fakta dari aji, apakah dunia benar-benar sesempit itu?
" Kamu mau selesain hubungan kamu sama alana?" Tanyanya
Aji menghela nafasnya pelan," Mau ngga mau harus mau, papahnya yang minta. Aku juga harus sadar juga kalau ngga bisa kayak gini terus terusan, aku nyakitin kamu juga nyakitin alana" jelas aji
" Kamu sedih, ji?"
" Sedikit, tapi aku juga seneng karena papahnya alana masih care sama alana"
Aji menghela nafasnya sebentar, tubuhnya ia mulai condongkan pada wanita disampingnya ini.
" Aku juga harus sadar kalau aku udah punya kamu, cel. Aku udah punya tanggungjawab atas kamu dan bayi kamu ini. Rasanya ngga adil kalau aku tetep kayak bocah belum nikah yang bebas main kapan aja dan sama siapa aja sedangkan kamu susah payah di rumah sendirian sambil bawa perut kamu yang mulai besar ini kemana mana" Lanjut aji
Ashel ikut beradu tatap dengan laki laki didepannya ini, menerka nerka setiap perkataan yang muncul dari laki laki didepannya ini, mencari suatu kebohongan dari manik mata milik laki laki didepannya ini, tapi nihil! Tak ada kebohongan yang tersirat disana.
" Kenapa kamu tiba tiba ngomong kayak gini?"
" Papahnya alana yang ngasih aku sadar kayak gini." Jawab aji
" Mulai besok aku ngga bakal sekolah lagi, aku juga ngga peduli mau orang orang tau aku udah nikah lah atau aku bikin anak orang hamil lah aku udah ngga peduli tentang itu. Lagipula yang ngejalanin hubungan kita itu ya aku sama kamu doang, aku dulu terlalu takut sama asumsi orang orang sampai sampai aku lupa sama tanggungjawab aku ke kamu" lanjut aji
Ashel menghela nafasnya lirih," Tapi kita udah omongin ini diawal. Kamu masih ada hak buat sekolah, buat main sama temen kamu, kamu juga masih ada hak buat ngejalanin hubungan kamu sama alana. Aku ngga bakal ngelarang itu kok, ji" jelas ashel
Aji menggeleng kuat," Seharusnya kita ngga omongin hal kayak gitu diawal. Kalau aku udah mau disuruh nikahin kamu ya berarti aku harus tanggungjawab sama kamu, ngga kayak gini" Ucap aji
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN LUKANYA (END)
Teen Fiction17 tahun mungkin menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk remaja pada umumnya, tapi tidak dengan dia. Luka yang terlalu dalam membuat ia tidak seperti remaja pada umumnya. Mungkin kesenangan duniawi tidak membuatnya kuat sampai saat ini, tapi salah s...