SELESAI

888 57 6
                                    

" Lebih enak kan kalau sarapannya disini, lebih seger"

Alana mengangguk setuju, memakan makanan rumah sakit pada pagi hari di taman rumahsakit menurutnya bukan hal buruk. Netranya menyapu sekelilingnya disini, banyak yang seperti ia, duduk di kursi roda dengan selang infus di pergelangan tangannya dengan wajah yang pucat, semua sama seperti ia.

Suapan pertama kali ini masuk dengan senang hati pada mulut Alana, meskipun ia tak dapat merasakan rasa dari makanan yang ia kunyah ini, ia berusaha untuk menelannya dengan perlahan, ia masih ingin sembuh.

" Papah kemana ya kal?"

" Balik ke apart kamu, ambil beberapa baju buat kamu ganti"

Alana mengangguk paham, ia terima lagi suapan dari kekasihnya itu yang duduk didepannya ini.

Sinar matahari yang nampak sudah terlihat di pagi hari ini membuat ia merasa lebih tenang, ia sedikit berjemur disana.

Sambil menerima suapan suapan baru Skala didepannya ini, netranya terus menyapu sekelilingnya, melihat orang yang berlalu lalang atau orang yang masuk keluar dalam taman rumahsakit ini.

Dari belakang Alana terdengar suara komunikasi orang, ia dengan jelas mengenali suara itu. Suara napak kaki tersebut semakin mendekati kursi roda dan kursi taman yang Skala duduki itu, ya rasanya orang orang itu akan mampir ke tempatnya ini.

" Kal?"

Skala tersenyum menenangkan pada Alana,
" Gapapa, ada aku disini" ucapnya lirih

Tubuh Aji berhenti melangkah pada sosok Skala dan perempuan yang pernah ia kenali, sangat ia kenali dulu. Otaknya memaksa berpikir mengapa perempuan disamping Skala ini duduk di kursi roda dengan selang infus di tangan perempuan itu, mengapa dengan sengaja atau tidak sengaja perempuan itu bersama Skala?

Skala berdiri dari duduknya," Aji, ketemu lagi kita disini. Hai ashel, apa kabar?" ucap Skala memotong hawa tak sedap disini

Ashel tersenyum simpul," Baik, sangat baik" jawabnya

Genggaman tangan sedari tadi bisa Aji lihat disana, itu bahkan bukan seperti genggaman tangan teman pada umumnya. Cara Skala menatap Alana dan sebaliknya juga bukan seperti teman pada umumnya. Hal apa yang Aji lewatkan beberapa tahun ini?

Skala rasa ada hal yang harus diluruskan disini, bukan ia dengan Aji, tapi kekasihnya itu dengan Aji. Mungkin ini akan jadi hari berat untuk Alana, Skala tau itu.

" Hm, shel. Mau ke kantin sebentar ngga? Nyari kopi atau apa gitu?" tanyanya pada Ashel

Ashel mengerti maksud Skala disini," Boleh" ucapnya

Tangan Skala masih digenggam erat oleh Alana, ia bisa melihat kekasihnya itu menggeleng lirih memohon agar tak ditinggalkan disana sendiri olehnya.

Skala lepas perlahan genggaman tangan itu," Gapapa, aku cuma sebentar kok, kalian harus ngobrol" ucapnya lirih pada Alana

Alana tak yakin akan baik baik saja beberapa menit atau belasan menit kedepan. Pertemuan yang Alana bayangkan saja ia tak mau dan ini ia harus mengobrol dengan seseorang yang sangat ia hindari itu.

" Adek sama aku aja, nanti kamu beli di kantinnya ribet kalau bawa adek" ucap Aji pada Ashel

Ashel menyetujui, selanjutnya ia mulai melangkah berbarengan dengan Skala disana untuk menuju kantin dan meninggalkan dua orang disana dalam keheningan.

Aji mulai mendudukkan dirinya pada kursi didepan Alana yang diduduki Skala tadi sedangkan Alana membuang arah pandangnya ke manapun asal tak memandang pria yang menggendong bayi kecil didepannya itu.

SEMESTA DAN LUKANYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang