• ¹⁷ •

603 70 0
                                    

Perempuan yang mengambil jurusan manajemen bisnis ini hanya mampu berbaring dalam ranjang di apartemennya ini.

Sedari tadi malam, kepalanya terasa sangat sakit sekali. Padahal ini bukan jadwal rutinnya untuk kemoterapi? Tapi mengapa kepalanya serasa sangat sakit, dadanya seperti ditusuk pisau berkali kali?

Telepon sedari tadi berdering. Ratusan bahkan ribuan pesan dan panggilan dari Skala tak ia hiraukan. Ia tak kuasa mengambil telepon genggamnya di atas meja yang sedikit jauh dari ranjangnya itu.

" Kal, aku ngga bisa angkat telepon kamu"

Gumaman Alana yang bercampur dengan rintihan sakitnya. Ia benar-benar tak berdaya kali ini.

Lain di sebuah mobil yang melaju diatas kecepatan rata rata. Laki laki yang mengambil jurusan kedokteran ini menginjak pedal gasnya dalam dalam, hatinya tak karuan rasanya.

" Al, kamu kenapa sih"

Ucap laki laki itu dengan frustasi. Sedari tadi malam wanita yang menjadi perhatiannya hampir setengah tahunan ini tak bisa ia hubungi, biasanya selalu bisa, kenapa sekarang sama sekali tak ada kabar?

Mobilnya terus melaju membelah jalanan yang tampak masih lenggang karena masih pukul 03.00 dini hari.

Mobilnya ia parkir sembarangan pada basement apartemen milik wanitanya itu. Kakinya langsung ia bawa dengan cepat menuju kamar di lantai 12 di apartemen ini.

Jari jemarinya sudah lihai dalam menekan tombol pintu milik alana ini, untung saja ia mengetahui pin dari pintu wanitanya ini.

" Al? Kamu kenapa?"

Raut wajah khawatir nampak jelas pada wajah laki laki jurusan kedokteran ini. Bagaimana tidak, wanitanya sedang meringkuk kesakitan diatas ranjang sendirian dengan banyak lembaran lembaran tisu berbekas darah disana?

Ia rengkuh tubuh wanitanya itu ke dalam dekapannya, ia usap perlahan surai belakang dari wanitanya ini.

Alana menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik skala disana," Kal, dada aku sakit" rintihnya pelan

Skala mengangguk paham," Kita ke rumah sakit ya? Tahan sebentar lagi ya?" Ucapnya lirih pada wanita di dalam rengkuhannya ini

Ia angkat tubuh Alana dengan pelan, ia membopong tubuh alana sendirian ke dalam mobil yang berada di basement apartemen ini. Persetan dengan tubuhnya yang lemah karena tak tidur semalaman. Dipikirannya hanya alana, alana dan alana.

Mobilnya sudah ia jalankan kembali dalam jalanan menuju rumah sakit terdekat, tak ada yang bisa skala pikirkan kali ini. Pedal gas ia injak dalam dalam, wanitanya di sampingnya ini merintih lagi untuk kesekian kali.

Mobilnya ia bawa dalam masuk pelataran rumah sakit di kota ini, entah ia akan bawa kemana mobilnya ini. Didepan pintu masuk ia baru memberhentikan mobilnya, dengan langkah cepat ia bawa masuk dirinya ke dalam dan memanggil siapapun yang ada disana untuk segera menolongnya.

Sejumlah perawat terlihat pontang panting kesana kemari dengan panik, mengambil ranjang yang bisa berjalan dengan tergesa-gesa. Sebagian juga segera membukakan bilik bertuliskan IGD dengan cepat, semua terlihat panik disana.

Tubuh alana di dorong diatas ranjang yang dapat berjalan itu dengan cepat. Pintu IGD sudah tertutup sempurna kali ini.

Ia, laki laki yang membawa alana kesini duduk di kursi yang tak jauh dari alana dibawa masuk tadi. Kakinya seperti tak ada dayanya lagi, ia benar-benar lemas kali ini, terlebih melihat wajah wanita yang ia bopong tadi tak sadarkan diri.

Ia keluarkan telepon genggamnya dari saku celananya. Ia pencet salah satu nomor yang ada di dalam telepon genggamnya ini.

" Halo om, maaf menganggu pagi pagi buta kayak gini"

SEMESTA DAN LUKANYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang