Pulang kembali ke ibukota setelah melakukan pekerjaan berbulan-bulan nampaknya menjadi rutinitas Skala saat ini. Ya, ini Skala Bumi yang sudah menjadi dokter di salah satu rumahsakit di Surabaya. Tiga tahun ia menghadapi kesedihan berlarut-larut, sampai detik ini pun ia masih sering menangis terisak di malam hari sendirian, ia rindu Alana.
Ini cerita tiga tahun dari Alana tiada, bagaimana kehidupan Skala Bumi tiga tahun belakangan ini?
" Saya Skala Bumi, saya sudah menjadi dokter saat ini. Mungkin menetap di Surabaya bukan hal yang terlalu buruk, memeluk semua kenangan bersama Alana sendirian disana. Banyak hal dalam hidup saya yang berubah sejak tiga tahun yang lalu, tiada pelukan saat saya pulang kuliah atau kegiatan, tiada lagi yang mengajak saya memasak bersama, tiada lagi yang saya antar jemput, semua itu sudah hilang tiga tahun yang lalu. Banyak kegiatan saya dan Alana dulu yang sudah lama tak saya lakukan, seperti pergi ke kebun binatang setiap minggunya atau pergi berenang pada hari senggang. Hilangnya Alana, hilang juga setengah kehidupan saya"
Kini ia disini, di salah satu taman di daerah kota asalnya, ibukota. Duduk disana dengan tenang, menikmati semilir angin ibukota yang nampak menyejukkan hari ini dengan otaknya yang memutar seluruh kenangannya bersama Alana disini. Tak ada satupun hari tanpa ia memikirkan gadis itu, tak ada bagi Skala Bumi.
Tepukan lirih pada area lututnya berhasil memberhentikan aktivitas Skala kali ini, anak kecil berumur empat tahun itu sedang menatapnya dengan penuh harap disana.
" Hei, anak kecil ini kenapa?" tanyanya lirih
Anak kecil itu menggeleng lirih," Alisha nyari mama, om tau mama Alisha dimana?" tanya anak kecil itu penuh harap
Ah, Skala tau sekarang. Gadis kecil didepannya ini sedang kehilangan sang ibu di taman yang ia singgahi ini. Skala ikut berjongkok di depan anak itu," Alisha tadi dimana? Kok bisa kehilangan mama Alisha?" tanya Skala lirih
" Tadi Alisha main di ayunan, terus pas Alisha balik ke mama, mama ngga ada"
Skala tersenyum kecil melihat bagaimana anak kecil itu menjelaskan kronologi hilangnya ibu anak itu," Yuk balik ke tempatnya Alisha main ayunan tadi, siapa tau mama Alisha ada disana?" ajaknya sembari ia berdiri dan menawarkan tangannya untuk di pegang
Uluran tangan Skala diterima dengan baik oleh anak kecil itu, perlahan ia ditarik untuk ditunjukkan arah dimana tempat terakhir anak itu bermain. Dari kejauhan Skala melihat seseorang yang terlihat kebingungan, ia pikir itu ibu dari anak kecil yang menarik tangannya ini.
" MAMAAA"
Sang empu yang dipanggil berlari memeluk anak kecil di samping Skala saat ini, pikirannya tak meleset, perempuan tadi benar ibu dari anak yang menggandeng tangannya tadi. Ia lihat interaksi ibu dan anak didepannya ini, ia dapat melihat bagaimana sang ibu yang menciumi wajah anak kecil itu, ia dapat melihat bagaimana anak kecil itu direngkuh oleh sang ibu, ia dapat melihat bagaimana punggung perempuan didepannya ini di usap perlahan oleh anak kecil itu. Jauh dari interaksi yang ia lihat ini, ia lebih berpikir sangat familiar dengan ibu dari anak ini, seperti teman yang pernah ia kenal sebelumnya.
" Om ini tadi yang nolongin Alisha ma, om nya baik" jelas anak kecil itu pada ibunya
Perempuan itu mulai berdiri dan menatap Skala disana sepersekian detik.
" Skala?"
" Ashel?"
Sepersekian detik setelahnya tawa menggema disana, pertemuan yang sangat konyol bagi dua insan ini.
" Aku udah ngira sih kalau kamu, kayak familiar banget wajahnya, agak pangling juga kayak keliatan lebih dewasa banget" ucap Skala dengan terkekeh
Ashel ikut terkekeh kecil," Ya udah punya butut satu kal, pasti keliatan udah tua lah" sahutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA DAN LUKANYA (END)
Teen Fiction17 tahun mungkin menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk remaja pada umumnya, tapi tidak dengan dia. Luka yang terlalu dalam membuat ia tidak seperti remaja pada umumnya. Mungkin kesenangan duniawi tidak membuatnya kuat sampai saat ini, tapi salah s...