• ²¹ •

578 41 1
                                    

" Kemoterapinya masih rutin banget kok om"

Setidaknya Vino bisa bernafas lega untuk kali ini, jarak Jakarta-Surabaya terpaut banyak kilometer, tak mungkin kan jika ia harus bolak-balik melihat sang putri semata wayangnya ini.

Skala Bumi mungkin terlahir untuk membantunya, sangat membantunya. Kekasih anak semata wayangnya ini sangat amat bisa ia percayai. Mengapa tidak? Hanya Skala Bumi yang bisa mengajak Alana Gracia melakukan kemoterapi rutin setiap minggunya, hanya seorang Skala Bumi yang bisa membuat Alana mau melakukan hal itu dalam 2,5 tahun ini, hanya Skala Bumi.

Vino menyeduh kopi yang ia beli pada kedai kopi tadi bersama Skala pada siang hari ini.

" Tantenya itu bawel terus kal, tanya mulu kapan Alananya pulang, ngga Chika ngga Cindy sama aja tuh dua orang" keluhnya pada anak muda yang duduk disampingnya ini dengan menggeleng lirih

Skala terkekeh kecil," Padahal setiap hari itu video call terus sama Alana, masih belum puas kali ya om kalau belum ketemu langsung" sahutnya dengan terkekeh

Vino mengangguk setuju," Disuruh kesini ngga bisa mulu tuh si Chika, padahal dirumah juga ngga ngapa-ngapain, alasannya nunggu si cindy bisa" jawab Vino

Skala hanya terkekeh kecil dengan gelengan kecil juga, ia benar-benar tak habis pikir pada dua tante dari kekasihnya itu. Setiap hari tante dari kekasihnya itu selalu melakukan panggilan video pada kekasihnya, tapi mengapa rindu seorang tante pada keponakannya ini tak kunjung selesai? Skala hanya terkekeh jika mengingat ocehan Alana yang mengeluh karena sang tante terus menyuruh kekasihnya itu pulang, lucu sekali batin Skala.

" Alananya pulang jam berapa sih kal hari ini?"

" Sebentar lagi sih om kayaknya, udah selesai kok kelasnya hari ini"

Vino mengangguk paham," Aji juga ada disini ya kal?" tanyanya hati hati

Skala mengangguk mengiyakan

" Sama istrinya?"

Lagi, Skala mengangguk mengiyakan

" Pernah ketemu?"

Lagi dan lagi Skala mengangguk," Skala beberapa kali ketemu sama Aji, kalau Alana masih satu kali dan itu cuma sebatas ketemu gitu om" jelas Skala

" Tapi Alana pernah ketemu dan ngobrol sama Ashel, tapi itu udah hampir 2 tahunan yang lalu sih om" lanjut Skala

Suara dering telepon genggam Skala mengalihkan atensinya kali ini, nama Alana tertera jelas disana, panggilan telepon terhubung dengan cepat oleh Skala.

" Iya aku di parkiran ini, kesini aja! Atau mau aku jemput ke kelas kamu?"

" Noo, aku kesana aja. Aku pengen cepet cepet hug kamu tau kal, capek banget hari ini"

" Iya, cepet kesini. Nanti aku kasih surprise buat kamu"

Panggilan terputus, mungkin Alana mulai berjalan untuk menemuinya di parkiran ini.

" Udah otw kesini ya anaknya kal?"

Skala mengangguk," Skala pindah ke depan ya om, biar nanti dia masuk kayak biasa dan ngga ngeh kalau ada om disini, biar surprise" ucap Skala dengan terkekeh kecil

Vino ikut terkekeh, ia bekerjasama dengan Skala ini untuk tidak memberitahu sang anak semata wayangnya itu jika ia berada disini, ia akan memberi kejutan pada Alana.

Pintu mobil sebelah kiri Skala ini terbuka perlahan, perempuan dengan rambut dicepol  asal dengan totebag polos yang ada di lengannya itu nampak mulai masuk dan duduk di bangku samping kemudi.

SEMESTA DAN LUKANYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang