BAB XII

42 11 0
                                    

*****************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****************

Zuri menatap pantulan dirinya di cermin. Gadis itu memilin rambutnya yang sudah bertambah panjang.

"Udah mulai panjangan," dengusnya. Beranjak dari depan meja rias dan menyambar tas ransel nya lalu keluar dari kamarnya.

Saat akan menutupi pintu ada Zaky di sana, seperti memang sengaja menunggunya. Tak lama setelahnya disusul Zack yang juga sudah rapih dengan seragam yang sama dengan dirinya.

"Rambut lo panjangan, nggak mau dipotong?" ujar Zack seraya menyapu rambut Zuri ke belakang.

Zuri menepis lembut tangan Zack. "Biarin aja, ntar gue ikat. Dah lama udah nggak rambut panjang," tutur Zuri seraya melangkahkan kakinya.

"Emang kapan rambut lo panjang, hah?" timpal Zaky yang menyusulnya dan berjalan di samping Zuri.

"Pernah," beber Zuri.

"Kapan?"

"Kelas 6 SD," jawabnya dengan tidak acuh.

Zack dan Zaky menyerit heran, tak biasanya Zuri bertingkah tidak acuh dan cuek pada mereka. Mungkin memang kali ini Zuri tak ingin gelut dengan mereka.

Kedua laki-laki itu mengikuti Zuri dari belakang hingga di meja makan. Arwen yang melihat anaknya tak membuat kacau di pagi hati tentu saja ada yang janggal. Sangat tidak cocok dengan anak-anaknya yang bar-bar.

"Kalian buat masalah lagi sama Zuri?" tanya Arwen karena merasa kepo.

Zack menjawab dengan gelengan. "Zack juga nggak tau. Tiba-tiba aja jadi nggak acuh gitu," cetusnya. Arwen mengangguk lalu ikut duduk sarapan.

Suasan pagi hari ini sangat hening, tak seperti pagi biasanya yang kacau akibat tiga saudara yang selalu berbuat heboh. Begitu juga di sekolah. Aura Zuri sangat suram dan penuh intimidasi. Yara yang biasanya akan bercoleteh panjang lebar kini hanya diam tak tau harus apa.

"Pagi can-"

"Minggir!"

Aura Zuri lebih mencekam dari sebelumnya. Yara menelan ludah kasar dan memberi jarak dirinya dan Zuri. Takut kalau Zuri bergerak spontan akan mengenainya.

Ghava terpaku di tempat, aura intimidasi Zuri sangat kuat membuat tak bisa berkutik dari tempat.

Dengan wajah menggelap Zuri melewati Ghava, saat satu langkah di belakang laki-laki itu dia berhenti dan membisikan sesuatu.

"Nggak usah macam-macam, Ghava. Jangan buat gue bertindak di luar kendali."

Ghava membatu, dia merasakan tubuhnya tak bisa digerakan. Sampai seseorang menepuk bahunya dan membuatnya tersadar.

"Ngapain lo Ghav? Cosplay jadi figur anime?" Dino menatap aneh pada Ghava, dia menggeleng lalu beranjak pergi ke kelasnya karena sudah bel.

Seakan baru tersadar dari kekakuannya, dia mengejar Dino dan Zack dengan keadaan masih linglung.

Hemlock Water DropwortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang