BAB XIV

30 12 0
                                    

******************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******************

Zuri mengendarai motornya dengan laju di atas rata-rata. Tak perduli sumpah serampah yang dilontarkan para pengguna jalan lainnya, karena tujuannya lebih penting daripada umpatan mereka.

Zuri memarkirkan motornya sembarangan, tak perduli akan kena denda. Gadis itu berlari dengan cepat memasuki sebuah apartemen, mencari letak lift untuk ke sebuah lantai.

Dengan tangan bergetar Zuri menekan tombol angka 8 di sana. Nafasnya naik turun tak beraturan.

"Ayo cepat!" decak Zuri tak sabaran.

6..

7..

8..

Ting!

Tanpa mau menunggu pintu lift terbuka sempurna Zuri langsung keluar dari sana. Seperti orang kesetanan dia berlari melewati lorong mencari apartemen bernomor 878.

Dan dapat!

Nafas Zuri tak beraturan di depan kamar itu. Dia membayangkan tangisan Yara ditelpon meminta tolong padanya.

Brak!

Zuri menedang pintu itu dengan brutal, namun belum cukup kuat karena tidak terbuka.

Brak!

Sekali lagi Zuri menendang pintu dan akhirnya terbuka. Keadaan apartemen itu sangat kacau, benda-benda berserakan di mana-mana.

Gadis itu masuk, membuka satu persatu kamar di dalam sana. Saat akan membuka kamar terakhir, tangannya harus terhenti saat mendengar suara desahan dan rintihan kesakitan seorang gadis. Dia tau siapa itu.

Emosinya memuncak, dia kembali menendang pintu. Matanya membulat mendapati Ronan menyetubuhi adiknya sendiri.

"Fuck it, bangsat!"

Zuri menerjang tubuh naked Ronan hingga membentur tombok dengan kuat. Gadis itu menghampiri Yara yang sama keadaannya dengan Ronan hanya saja tubuh gadis itu penuh dengan luka dan lebam.

Membuka hoodienya dan memasangkan pada tubuh polos Yara. Gadis itu sudah pingsan setelah dia menendang Ronan.

Zuri memandang Ronan yang sudah tak sadarkan diri di lantai. Dia beranjak begitu saja dari sana dengan membawa Yara digendongannya.

*****

"Al, lo bisa jelasin ini kenapa?" Laki-laki menatap rumit Zuri yang tengah frustrasi. "Jujur aja Al, gue nggak ngerti sama situasi sekarang."

Zuri menghela napas berat, matanya melirik langsung pada mata laki-laki di hadapannya.

"Yara diperkosa sama Kakaknya sendiri."

Mata laki-laki terbelalak. "Jangan bercanda lo, Al," geramnya.

"Gue ngagak lagi bercanda brengsek! Emang muka gue kelihatan bercanda apa? Sini lo, gue bercandain!"

Hemlock Water DropwortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang