BAB XVIII

31 11 0
                                    

******************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******************

Berbanding terbalik dengan Zuri yang begitu membencinya sampai ke ubun-ubun, Ghava begitu sangat-sangat cinta mati pada gadis itu.

Entah sejak kapan perasaan aneh itu muncul. Setiap kali melihat Zuri, degup jantungnya sangat cepat, kupu-kupu rasanya beterbangan dalam perutnya, kadang Ghava berusaha menahan dirinya agar tak bergerak spontan. Pernah berpikir bahwa dirinya belok saat belum mengetahui jika Alaska atau Zuru adalah seorang perempuan.

Mata Ghava menatap intens Zuri yang tidur di sofa dalam ruang inap sambil melipat tangan di dada. Gadis itu selalu terlihat cool saat sadar maupaun tidak.

Sebenarnya tadi Zuri sudah disuruh pulang oleh mamanya, tapi bunda Zuri malah tidak membiarkan. Biarkan Zuri yang menjaga Ghava, sebagai pertanggungjawabannya.

Ghava bersyukur, tapi masalahnya bagaimana jika di saat keadaannya yang tak berdaya ini Zuri malah mencoba membunuhnya lagi? Akan dipastikan Ghava benar-benar akan mati di tangan gadis pujaannya.

Memejamkan mata, Ghava memilih tidur. Sungguh tak sabar besok melihat ekspresi kebencian Zuri untuknya yang begitu manis.

Zuri membuka matanya begitu deru napas Ghava teratur. Handphone yang sedari tadi bergetar membuat Zuri menahan umpatannya. Tak ada nama dari si penelpon namun nomor itu begitu Zuri kenal.

Bangun dari tidur seraya menyapu wajah lelahnya. Bagaimana tidak lelah? Dia menjadi pesuruh Ghava seharian ini, ke mana-mana harus dengannya, apa-apa harus dengannya. Ghava sialan! Umpat Zuri.

Meraih hoodie Zack yang dipinjamnya dan memakainya, keluar tanpa suara dari ruangan Ghava, Zuri akan mendatangi langsung orang yang berkali-kali menelponnya dengan kurang ajar.

Zuri masuk tanpa hambatan di salah satu club malam. Matanya mengedar mencari seseorang yang mengganggunya. Terlihat seseorang itu tengah bercumbu dengan salah satu kupu-kupu malam di sana.

Amarah Zuri tersulut. Kebetulan, dia tidak bisa melampiaskan amarahnya pada Ghava, sebagai gantinya orang tidak tau diri itu saja.

Menarik kerah orang itu dan menghantamnya. Wanita pemuas nafsu tadi memekik ketakutan saat pelanggannya dihajar.

Kekacauan terjadi. Musik yang berdentum terhenti, begitu juga dengan lampu kerlap kerlipnya.

"Cuih! Lo apa-apaan anjing!"

Napas Zuri tersengal saat tubuhnya terdorong menjauh dari lelaki itu.

"Oh, lo udah dateng ternyata? Hermaphrodite." Lelaki itu tersenyum miring melihat keberadaan Zuri.

"Lo ... anjing tau nggak?"

Perkelahian tak terelakkan, Zuri dan lelaki yang bukan lain adalah Ronan saling menyerang. Keduanya tak peduli dengan sekitar, apalagi saat kedatangan petugas keamanan. Bukanya dapat dilerai, para putugas itu malah tumbang karena Zuri.

Hemlock Water DropwortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang