BAB XVI

36 11 0
                                    

*****************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****************

Ramai-ramai siswa siswi berbicara dengan riang pagi ini. Tiga orang laki-laki asik ketawa-ketiwi di koridor sekolah Altlas.

Namun, di antara ketiganya, salah satunya masih belum bisa membuang rasa sedih dan kecewa dalam hatinya. Dia Dino, ini sudah sebulan sejak kematian Yara.

Laki-laki itu masih terlihat ceria seperti biasanya, tapi bagaimana jika yang tidak terlihat? Mungkin -retak, -pecah sebelah, -ditusuk, dan -hancur- seperti itu.

"Oh ya Ghav, akhir-akhir ini lo kayak jarang banget ngumpul, kenapa?" celetuk Dino mengalihkan pikirannya.

Ghafa yang asik menertawakan lelucon yang dibuat Zack menoleh pada Dino. Laki-laki itu menangkat sebelah alisnya lalu menggerakkan matanya seperti mencari jawaban yang tepat.

"Akhir-akhir ini ya?" gumam Ghafa. "Gue punya kepentingan yang penting banget. Pokoknya ini buat masa depan gue," lanjutnya seraya tersenyum tipis.

"Wish, apaan lo, main rahasia-rahasiaan!" dengus Zack.

"Ndak, setia kawan!" timpal Dino lalu disambut tawa ketiganya.

"Lu pada mikir gak sih, pandangan cewek-cewek yang tiap kali ngeliat kita jalan bertiga tuh senyum-senyum nggak jelas? Itu apa penyebabnya?" ujar Ghava mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi pertanyaannya sudah jauh-jauh hari memikirkan itu dan menjadi tanda tanya besar di kepalanya.

"Tentu aja mereka bukan cewek lurus," jawab Dino yang tak dimengerti Ghafa.

"Maksudnya lesbi gitu?" tanya Ghava kembali dan dihadiahi jitakan oleh Zack hingga Ghava mengaduh dibuatnya.

"Bukan kek gitu. Mereka bukan cewek lurus tu bukan artian mereka lesbi," gerutu Zack.

"Ini gimana jelasinnya coba? Lo polos beneran, apa pura-pura polos?" cetus Dino.

"Sumpah nie, gue nggak tau sama sekali. Makanya itu gue nanya sama kalian!" gerutu Ghava kesal, karena sedari tadi pertanyaan tak kunjung dijawab.

"Jujur Ghav, gue mau jelasin, tapi nggak tau gimana ngejelasinnya. Mending lo tanya aja sama reader," ucap Zack.

Ghava mendelik pada dua laki-laki itu, kemudian kepalanya mendongak menatap langit. "Nah, para reader tolong jawab pertanyaan gue."

*****

Bel istirahat sudah berbunyi dari satu menit yang lalu dan beberapa menit kemudian kantin sudah dipenuhi oleh siswa siswi. Tak terkecuali tiga serangkai Atlas. Siapa lagi kalau bukan Ghava, Dino, dan Zack.

Ketiga laki-laki remaja itu duduk di kursi mereka seraya meletakkan pesanan di atas meja. Mereka makan seraya berbincang, tak lama kemudian seorang gadis datang dengan membawa makan siangnya.

"Ghava~"

Ghava berdecih dalam hati, Dino memutar bola mata malas, Zack memakan makan siangnya dengan acuh akan keberadaan sosok gadis itu.

Hemlock Water DropwortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang