Libra adalah anak yang paling susah di atur oleh Kedua orang tua nya. Tidak seperti Kakak perempuan nya menuruti keinginan Mama dan Papa untuk bersekolah di tempat yang dipilihkan, begitu juga dengan adiknya Virgo yang tidak membantah di letakkan di sekolah mana, maka berbeda dengan Libra.
Bukan berarti kedua orang tuanya memaksakan kehendak pada anak, tetapi sebagai orang tua yang mapan mereka ingin anak-anak mereka sekolah di sekolah yang terbaik. Hanya saja, sepertinya dia satu-satunya anak konglomerat kaya raya bejibun harta yang memilih mengikuti ujian seleksi masuk SMP Negeri setelah lulus SD.
Libra ngotot tidak mau melanjutkan sekolah jika ia disuruh masuk sekolah bonafit bertaraf internasional seperti kakak dan juga adiknya.
Awalnya, Joe Hansen dan Aryana pikir itu hanya ancaman saja, nyatanya benar, Libra benar-benar tak mau masuk sekolah meskipun sudah dipaksa dan diancam dengan berbagai cara.
Wah, keras kepala banget pokoknya.
Dan akhirnya ia disetujui sekolah di SMP Negeri pilihannya.
Joe dan Aryana pun mencoba mengerti jika Libra lebih suka kehidupan sederhana, pergaulan yang tidak berlandaskan materi, nama baik, atau embel-embel harta. Dan nyatanya anak kedua mereka tersebut memang menikmati masa-masa tersebut.
Pergi dan pulang sekolah naik angkot, ataupun bus, kecuali jika hampir terlambat berangkat sekolah maka ia bersedia di antar itupun hanya sampai gang depan sekolah, dan wajib naik motor bukan naik mobil.
Dan bukan itu saja, bahkan pakaian, tas dan perlengkapan sekolah lainnya termasuk sepatu sekolah, jangan ditanya, semuanya serba murahan. Murahan dalam artian tidak seperti yang dipakai kakak dan adiknya untuk sekolah. Karena seragam mereka adalah seragam spesial yang ditentukan dari pihak sekolah dengan harga fantastis WOW, tapi seragam Libra mah beli di pasar.
Tak perlu merengek minta uang pada orang tuanya untuk dibelikan semua kebutuhan tersebut, uang jajannya saja lebih dari cukup untuk membelinya. Maka ia pun menyuruh Ninik, pembantu yang bertugas mengurus semua kebutuhan dan keperluannya untuk membelikan pakaian dan seluruh perlengkapan sekolahnya di pasar.
Aneh memang, tapi itulah kehidupan manusia ya, tidak pernah ada kata puasnya.
Yang miskin ingin merasakan enaknya jadi orang kaya, sedangkan yang kaya raya malah ingin tahu kehidupan orang biasa yang jauh dari kemewahan.
Bagi Libra, ini adalah caranya menikmati hidup, belajar merasakan apa yang jauh dari kehidupan nyatanya. Entah siapa yang membuat dia berpikir dan bertingkah seperti ini, hanya saja, ia sangat cepat dewasa.
Ia sangat menikmati kehidupan seperti ini, kehidupan real tanpa tipu-tipu, ia mengetahui dunia itu seperti apa sebenarnya. Orang bisa dikucilkan dan direndahkan bahkan dihina jika ia tidak memiliki apa-apa, tapi saat kamu berada dalam kemewahan maka orang-orang justru berbondong-bondong bersikap baik dan ramah.
Secara pribadi, Libra sangat menyadari, jika apa yang ia miliki sejak lahir semua adalah milik orang tuanya, bukan miliknya meskipun sebenarnya apa yang dimiliki orang tua pastilah akan diwariskan pada anak, tapi secara prinsip ia sangat berpikir jauh.
Wah... Jiwa mandiri siapakah yang diwariskan ini saudara-saudari... (Kalau udah Baca My Beloved Aryana pasti tahu ya dari mana)
"Loe kenapa sih berantem melulu!" Gerutu Naka kepada Fandi abangnya.
Ya, Fandi. Dia adalah teman dan sahabat sejati Libra sejak masuk SMP. Sebenarnya, Fandi juga-lah alasan ia ingin masuk sekolah Negeri tempatnya bersekolah saat ini.
"Urusan cowok!" Ucap Fandi kepada adik perempuannya.
Naka menatap kesal pada Libra.
"Loe yang ajakin Abang gue berantem lagi ya?" Tuduh gadis berseragam putih merah itu pada Libra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story (Naka & Libra)
RomanceSequel MBA GARIS KERAS : BACAAN DEWASA "Gue bilang loe seksi..." ucap Libra serius. "Seksi? Cewek kayak gue, yang pake kaos oblong terus celana usang sama rambut berantakan gini loe kata seksi? Ha-ha-ha. Playboy tuh emang aneh ya? Kambing dibedakin...