Naka sebenarnya kurang nyaman bahkan bisa dibilang tidak nyaman sama sekali bekerja bersama Zeraya tapi mau bagaimana lagi jika ia sudah terlanjur mengiyakan.
Hmmm, sebenarnya Naka berhak menolak kehadiran Zeraya sih dalam pekerjaannya ini. Secara alasan Topan itu rada ambigu meskipun masih masuk akal.
Topan bilang ia tidak nyaman jika Naka akan sering menghabiskan waktu berduaan dengan Libra, jadi ia mau ada orang ketiga di setiap pertemuan Naka dan Libra. Ia beralasan tak ingin Naka terlalu sering berduaan dengan Libra lalu jatuh hati. Tapi feeling nya sebagai seorang wanita juga nggak bisa diabaikan, seolah ada kepentingan pribadi Zeraya di sana.
Entahlah, yang jelas Naka berusaha se'profesional mungkin. Ia berusaha tidak mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan. Semoga saja, feeling nya soal Zeraya salah, tapi jika feeling nya benar, berarti Topan yang ia kagumi bukan pribadi yang profesional.
Naka melirik jam tangannya, bukannya jamnya yang berharga tetapi waktunya yang sangat tak ternilai harganya. Ia paling tidak suka yang namanya menunggu, tetapi ia malah memilih profesi ini yang selalu melatihnya untuk bersabar.
Sebagai seorang reporter alias wartawati ia harus sabar, amat sangat sabar dalam menunggu sang narasumber.
Cuma ya... Kalau biasanya dia menunggu sama rombongan bapak-bapak atau mas-mas yang emang se frekuensi sama dirinya itu rasanya biasa aja, nggak masalah. Bahkan kadang ia harus menahan nafas karena beberapa diantaranya agak berbau badan, itu juga it's Oke. Tapi menunggu bersama seorang wanita yang sejak tadi sibuk memeriksa riasan wajahnya, mencium aroma tubuhnya, terus karena ragu nyemprot parfum untuk kesekian kalinya...
Astaga...
Naka menarik nafas dalam melapangkan dada agar sabarnya bertambah-tambah... Sayangnya aroma parfum wanita satu ini malah membuatnya pusing.
"Selamat Pagi Mas Libra..." Sapa seorang wanita penuh semangat. Naka segera memutar posisi tubuhnya menghadap ke belakang melihat Zeraya bersikap manis pada Libra yang baru datang ke Cafe nya.
Naka melihat Libra dan Zeraya saling bertemu pandang dan tersenyum satu dan lainnya.
Sial!!! Umpat Naka dalam hatinya. Kenapa dia tiba-tiba berdebar-debar kencang sekarang...?
Astaga, baiklah, kehadiran Zeraya penting ternyata. Catat! Penting.
---
Libra mendapatkan pesan wa di ponselnya. Ia menerima laporan jika ada dua orang reporter tiba di Cafe nya dan salah satunya adalah Naka.
Senyuman manis Libra mengembang.
Ia menatap dirinya di cermin, pria metropolis tersebut merapikan dirinya dan setelah yakin tampilannya mampu membuat wanita manapun berdebar kencang ia menyempurnakan nya dengan semprotan parfum yang pastinya membuat hidung wanita menangkap betapa sensualnya Libra.
Ia kemudian memasukkan parfum tersebut ke sebuah tas wb kulas (kulit asli) berwarna kopi gosong, demikian juga ponsel dan dompetnya.
Sekali lagi Libra tersenyum.
"Waw... Tampan sekali anak Mama? Jadi ingat seseorang pas masih muda dulu..." Goda Aya pada putra sulungnya.
"Jadi sekarang udah nggak tampan nih seseorang nya?" Tanya Joe.
"Masih dong... Makin tampan malahan..." Ucap Aya yang langsung dihadiahi kecupan di kening Aya.
"Aih... Pagi-pagi udah lihat pasangan bucin. Udah ah, Libra pergi dulu ya Ma, Pa." Ucap Libra mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu bergegas pergi.
Joe dan Aya yang sedang sarapan saling berbagi senyum.
"Percis kamu banget." Bisik Aya pada Joe. Joe tersenyum bangga. Ia lalu mengecup bibir Istrinya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story (Naka & Libra)
RomanceSequel MBA GARIS KERAS : BACAAN DEWASA "Gue bilang loe seksi..." ucap Libra serius. "Seksi? Cewek kayak gue, yang pake kaos oblong terus celana usang sama rambut berantakan gini loe kata seksi? Ha-ha-ha. Playboy tuh emang aneh ya? Kambing dibedakin...