"Wawancara eksklusif dengan Libra?" Naka mengulang pernyataan Topan dalam bentuk pertanyaan.
"Ehm, iya... Sebelumnya saya minta maaf sama kamu Na. Saya tahu kamu kurang suka dengan sosok Libra tetapi saya tetap aja meminta kamu mendeal-kan kontrak kerjasama dengan nya dan kamu benar-benar luar biasa karena bisa dapetin kontrak eksklusif tersebut bahkan melebihi ekspektasi saya, enam bulan kontrak. Dan karena itu, saya nggak mau nambah beban kamu lagi." Ucap Topan.
Naka mengerutkan kening. Sepertinya ada sesuatu nih??? Naka membatin.
"Ehm Na... Gini, ehm... Saya nggak mau nambah beban kamu lagi karena kamu terlihat terpaksa jadi saya berencana memberikan proyek wawancara tersebut kepada Zeze dan kamu boleh kembali meliput untuk acara kolom berita seperti passion nya kamu selama ini." Ucap Topan panjang lebar.
Naka mengerutkan keningnya makin dalam dan ia tampak terkejut. "Intinya proyek yang saya dapatkan susah payah itu dilempar ke orang lain? Jadi itu tujuan Mas Topan ngajak saya dinner?"
Topan terdiam. Wahhh, dia nggak tahu berurusan dengan siapa ya...
"Naka... Bukan begitu. Please jangan salah paham." Topan menggenggam tangan Naka.
"Maksud saya, karena kamu sepertinya nggak terlalu suka berhubungan dengan Libra saya mau kasih aja proyek itu ke Zeze. Tapi kalau kamu senang dan mau melakukan proyek wawancara tersebut sendiri, ya nggak apa-apa. Benar... Jangan salah paham, terutama soal niat saya ngajak kamu dinner malam ini. Saya benar-benar ingin lebih dekat dengan kamu."
Naka berpikir sejenak. Ia menatap Topan lalu tangan pria itu yang menggenggam tangan nya.
Sebenarnya ia memang merasa jika ide Topan ini kurang adil, tetapi alasan yang dipakai pria ini jelas memang masuk akal. Baiklah ia juga malas berurusan dengan Libra.
"Oke Mas. Kasih proyek wawancara eksklusif tersebut ke Zeraya aja." Ucapnya yakin.
---
Libra menatap wanita cantik dihadapan nya saat ini sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Wanita dengan rambut yang ditata, berpakaian kemeja bodyfit berwarna putih dipadukan celana jeans biru Aqua.
Ia memang membawa kamera juga peralatan wawancara namun sayangnya bukan kehadiran reporter ini yang ia tunggu.
"Nama saya Zeraya dan saya akan melakukan wawancara dengan kamu. Saya akan meliput kegiatan kamu, keseharian, urusan asmara, bisnis dan ju---"
"Gue tanda tangan kontrak dengan Nakayla. Suruh dia yang wawancara, kalau nggak kontrak batal. Gue siap bayar penalti." Ucap Libra lalu meninggalkan wanita cantik itu.
Dia bisa jadi pria paling manis sekaligus paling sadis jika tak senang dengan seseorang apalagi dalam situasi seperti saat ini.
Ia kira akan ada jembatan yang bisa menghubungkan kembali ia dan Naka setelah terputusnya hubungan baik selama ini, tau-tau malah seperti ini...
Setelah dua tahun kembali ke Indonesia, ia hampir tak berani berkunjung ke rumah Sahabatnya Fandi karena hubungannya dan Naka. Lalu beberapa bulan lalu, saat Fandi ulang tahun, ia mengundang Libra ke rumah.
Dalam momen itu, ia kembali bersilaturahmi dengan keluarga Naka dan Naka juga tidak mengusirnya. Yah meskipun jika orang tua Naka dan Fandi tahu apa yang pernah terjadi antara Naka dan Libra ia pasti akan diusir sih.
"Tapi Mas Libra... Ini sudah keputusan dari kantor kalau proyek kontrak enam bulan Anda dan Perusahaan kami akan dilaksanakan oleh saya karena Naka diberikan tugas yang lain dan saat ini dia sedang melakukan pekerjaan lain tersebut." Gadis bernama Zeraya mengejar langkah Libra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story (Naka & Libra)
RomanceSequel MBA GARIS KERAS : BACAAN DEWASA "Gue bilang loe seksi..." ucap Libra serius. "Seksi? Cewek kayak gue, yang pake kaos oblong terus celana usang sama rambut berantakan gini loe kata seksi? Ha-ha-ha. Playboy tuh emang aneh ya? Kambing dibedakin...