Bab 73: Ep. 15 - A Kingless World, III

143 29 0
                                    

Dongeng pertama sudah tercipta. Dengan begini, target utama dari skenario ke-4 sudah berhasil kudapatkan.

"Apa yang bakal terjadi sekarang?"

"Kenapa kau merusak singgasananya?"

Ada orang-orang yang kebingungan dengan situasi ini dan ada pula yang ketakutan menanti konsekuensi dari kemarahan si dokkaebi.

Di mata mereka, aku adalah si bajingan yang menyebabkan skenario ke-5 menjadi sulit. Beberapa orang bahkan berseru,

"Buatkan lagi Absolute Throne-nya! Aku janji bakal ikut skenarionya lagi!"

"Biar kali ini aku yang akan duduk di singgasananya!"

[Skenario yang sudah diselesaikan sudah tidak bisa dirubah lagi oleh siapapun. Semua yang akan terjadi pada kalian setelah ini adalah salah si manusia satu itu.]

Jawab si dokkaebi tingkat intermediate itu dengan dingin.

Jarinya menunjuk ke arahku, pundak orang-orang yang kini sudah basah kuyub pun mulai gemetaran.

[Dunia tanpa raja, ya? Baiklah, mari kita coba sekali ini. Akan kutunjukkan seberapa besar kesempatan bertahan hidup kalian bila tanpa peran utamanya.]

Si dokkaebi tingkat intermediate itu pun menjentikkan jarinya. Seketika, tubuh orang-orang yang berada di Gwanghwamun pun mulai menghilang bagai asap. Semua orang berlarian ke sana-kemari sambil berteriak histeris.

"Apa? Apa lagi ini sekarang?!"

...Ini benar-benar plot yang tidak terduga.

Aku menengok ke belakang dan melihat Jung Heewon, Yoo Sangah, Lee Gilyoung, dan anggota party yang lain memanggilku.

"Dokja-ssi!"

Dalam sekejap, Yoo Sangah pun menghilang. Diikuti oleh Lee Gilyoung dan Jung Heewon. Lalu Jung Minseob dan Lee Sungkook. Hanya dalam semenit setelah jentikan jari si dokkaebi, aku pun menjadi satu-satunya orang yang berdiri di Gwanghwamun. Dokkaebi tingkat intermediate itupun menatapku sambil menyengir.

[Tolong camkan ini baik-baik di kepalamu. Kalau suatu saat dunia ini hancur, itu semua karenamu.]

Saat aku mau menjawab, suara deringan yang memekakkan telinga memenuhi kepalaku.

Tubuhku gemetar dan aku merasa seperti berpindah tempat, diikuti dengan vertigo terparah dan rasa sakit yang luar biasa di kepalaku. Dengan tenagaku yang kini sudah terkuras habis, perlahan aku pun kehilangan kesadaran.

[Anda memperoleh 10,000 koin sebagai hadiah penyelesaian Skenario Utama #4.]

—–—–—–—–—–—–—–—–—–—–—–—–—–—–—–——––

Aku tertidur cukup lama akibat kelelahan setelah kontak yang melampaui batas dengan para konstelasi.

Aku bahkan sempat bermimpi. Mimpi tentang masa sebelum dunia berakhir.

–Oi, lu udah bangun kan?

Begitu mendengar suara itu, aku pun segera tahu kalau ini adalah masa SMA-ku. Masa-masa waktu aku jadi target anak-anak berandalan di sekolahku.

...Iya juga ya. Dulu aku pernah ngalamin ini. Mimpi yang kekanak-kanakan, tapi, setelah memikirkannya, amarahku justru jadi meluap.

–Apa lu? Ngapa ngeliatin gua kayak gitu? Oh, lu mau ngebunuh orang ya?

Kepalaku terpental akibat tamparannya.

Bibirku yang sobek dialiri darah dan pipiku yang terasa panas menyengat membuatku merasa sangat malu.

Omniscient Reader's Viewpoint [VOLUME 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang