Sepi

6 2 1
                                    

Malam itu, Yusuf berjalan sendirian di sepanjang jalan sepi yang diliputi kegelapan. Hujan turun deras, menambah suasana yang suram dan menyeramkan. Suara gemuruh petir menemani kesunyian malam, membuatkan hati Yusuf berdegup kian kencang.

Dalam kebingungannya, Yusuf melihat sebuah rumah tua yang terbengkalai di tepi jalan. Rumah itu kelihatan gelap dan suram di tengah malam yang sepi ini. Walaupun mengetahui adanya cerita misteri tentang rumah tersebut, ada sesuatu yang mengundang rasa ingin tahu di dalam diri Yusuf lalu dia mengambil keputusan untuk berteduh di rumah itu sebentar sementara menunggu hujan reda.

Seketika dia berteduh sambil memerah hujung bajunya untuk mengeringkannya. Bunyi cakaran yang perlahan didengari di dalam rumah  . Yusuf memasang telinga untuk menangkap bunyi tersebut. Tanpa ragu, dia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah itu. Yusuf mengeluarkan telefon bimbitnya untuk membuka lampu yang sedikit memberikan cahaya yang tidak mampu menerangi segenap rumah. Hening dingin di dalam rumah tersebut memberitahunya terdapat aura aneh yang menyelimuti rumah itu. Setapak demi setapak, Yusuf melewati ruangan yang gelap dan berdebu.

Seketika, dia mendengar suara ganjil di ruangan sebelah. Pintu kayu yang beradu keras dengan dinding, memancarkan dentuman yang menggusarkan hati. Yusuf memejamkan mata sejenak, berusaha mengatasi rasa takutnya. Namun, ketika matanya terbuka, dia melihat pembuat suara tersebut,  bayangan yang seakan tergantung lelangit rumah.

Yusuf melompat kebelakang terkejut, mengambil langkah mundur di hamparan lantai yang berdebu. Dia mengulangi takbir dan istighfar untuk meredakan kepanikannya. Bayang itu mendekatinya perlahan, dengan wajah yang gelap dan kosong. Terpegun seperti ais , Yusuf berdiri terpaku di tempatnya berdiri, semakin yakin bahawa cerita  misteri yang beredar antara mulut ke mulut tentang rumah ini ternyata benar.

Di tengah kepanikannya, dia melihat cahaya samar dari sebuah ruangan terbuka. Dengan keberanian yang sedikit tersisa, Yusuf melangkah maju melewati hantu itu untuk mencari jalan keluar. Tiba-tiba, rumah itu bergegar dengan kuat seperti dilanda gempa, menggoncang isi hati Yusuf yang sudah rapuh akibat ketakutan.

Mereka yang telah meninggal, jiwa-jiwa yang terpenjara di dalam rumah itu, keluar dari bayangan dinding dan berkumpul mengelilingi Yusuf. Mereka serentak berkata dengan suara serak dan menyeramkan, "Ini bukan tempat kau . Kau harus pergi!"

Yusuf berteriak ketakutan, mencoba meraih kekuatan terakhirnya untuk melepaskan diri dari kepungan bayang hantu yang mengerikan itu. Ia melompat keluar melalui pintu yang dia gunakan untuk masuk tadi . Angin angin malam menusuk kulitnya yang berkeringat. Dia menghela nafas lega, sedar bahawa dia berhasil keluar dari rumah puaka itu.

Yusuf berlari ke jalan yang sepi, hujan masih turun dengan kerasnya. Dia menoleh kebelakang ke arah rumah tua yang mengerikan itu dengan penuh penyesalan. Dia melihat sosok bayang tadi berdiri kaku di daun tingkap rumah usang itu dan terus memerhatikannya dengan senyuman tanpa wajah.

AbyadWhere stories live. Discover now