32. perlahan menerima

776 71 26
                                    

Berbulan-bulan berlalu, tidak terasa kandungan Lia sudah menginjak usia 9 bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbulan-bulan berlalu, tidak terasa kandungan Lia sudah menginjak usia 9 bulan. Dan telah mendekati masa hpl yang kira-kira dalam seminggu kedepan.

Seperti ibu hamil pada umumnya, Lia juga mengalami keluhan-keluhan seperti stretch mark pada perutnya yang membuncit, lebih sering buang air kecil, sulit bernafas karena tekanan dari perutnya dan yang paling menyebalkan adalah susah mencari posisi yang pas untuk tidur, karena perutnya selalu terasa tidak nyaman.

Sementara hubungannya dengan Hario, ya masih begitu-begitu saja sih. Tidak banyak yang berubah antara hubungan mereka. Menjalani pernikahan seperti seorang teman, tapi mesra.

Sore ini, Lia yang lagi bikin susu mendengus berulang kali karena rasa nyeri pada pinggangnya, tubuh Lia yang ringkih terasa mau patah menopang beban pada perut sendiri.

"Kenapa lo? sakit?" Hario yang baru pulang kantor mengambil minum ke dapur, ia tampak mengerutkan kening melihat Lia terus memegangi pinggangnya sejak tadi.

"Pinggang gue pegel, rasanya mau patah"

Hario mendekati Lia, ia melirik kearah perut buncit dibalik daster itu. Terakhir kali Hario menyentuh perut itu adalah saat Lia menangis tengah malam karena sulit tidur, setelah itu tidak pernah lagi hingga detik ini.

"Ngapain lo ngeliatin perut gue kayak gitu?" Lia menatap waspada sembari menutup perutnya dengan kedua tangan.

"Itu beneran isinya bayi?" Tanya lelaki itu dengan polosnya, entahlah polos atau goblok.

Lia meringis tak habis fikir. "Menurut lo?"

Hario malah mangut-mangut. "Hebat juga gue bisa nyiptain bayi"

"Udah deh, baru pulang kerja nggak usah ngelantur" Lia membawa gelas susunya, hendak pergi dari hadapan Hario.

Namun lelaki itu menahannya, Hario menempatkan diri dibelakang Lia, dan tanpa Lia duga, kedua tangan Hario menyelinap kedepan, lebih tepatnya menyelinap kebawah perut Lia, posisinya jadi seperti Hario memeluk Lia dari belakang, tapi kali ini Hario tidak memelukmya, melainkan lelaki itu mengangkat perut Lia dengan kedua tangannya.

Lia melenguh, untuk sesaat beban pada tubuhnya terasa berkurang saat Hario mengangkat perut buncit Lia. Rasanya benar-benar ringan.

"Mendingan gak?" Tanya Hario, lelaki itu mencondongkan wajahnya disebelah Lia, menatap Lia dari samping.

Lia mengangguk. "Rasanya beban dosa gue keangkat sesaat" katanya.

Hario terkekeh, kemudian kembali melepas perut Lia pelan-pelan. "Tapi gak boleh lama-lama, gue baca artikel katanya gak baik"

"Dih? tumbenan lo baca artikel begituan?" tanya Lia sensi.

"Iseng aja"

"Oh"

"Lo nggak kangen sosis sakti gue Li?"

Lia melirik kebingungan. "Hah? sosis sakti apaan?"

Lelaki itu malah menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum mesum. "Itu, alat yang bikin lo hamil"

Marry You Isn't a MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang