34. all too well

604 70 16
                                    

Jika dulu Hario selalu merasa tidak yakin akan siap menjadi seorang ayah, maka kini semua itu terbantahkan dengan hadirnya seorang bayi dihidupnya.

Hario yang dulu egois, hidup tak teratur, cuek dan tidak ingin berkomitmen, kini malah jadi seorang ayah siaga bagi anaknya, juga istrinya.

Seminggu menyandang status sebagai ayah, nyatanya membuat hidup Hario berubah, jika dulu ia tak menginginkan bayi itu, tapi kini berbeda, Hario tidak mau kehilangan anaknya, ia amat sangat menyayangi bayinya.

Bahkan Hario bisa dibilang lebih telaten mengurus bayi ketimbang Lia, karena apa-apa selalu Hario yang pasang badan menangani bayi mereka, selama seminggu ini Hario menunda kembali bekerja hanya karena ingin selalu bersama anaknya, pokoknya tugas Lia hanya menyusui, selebihnya Hario yang tangani.

Seperti pagi ini contohnya, Lia menghampiri Hario yang tengah terlentang diatas ayunan, dihalaman belakang rumah mereka, lelaki itu tampak memejamkan mata sambil mengenakan kacamata hitam dengan seonggok bayi mungil telanjang yang tengkurap diatas dadanya.

Yap, Hario sama bayinya lagi jemuran, kata dokter sih biar bayinya nggak kuning.

"Ekhem" suara deheman Lia membut Hario sedikit menoleh.

"Cukup berjemurnya, dedeknya mau gue mandiin dulu" ujar Lia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cukup berjemurnya, dedeknya mau gue mandiin dulu" ujar Lia.

"Papanya nggak mau dimandiin juga, Ma?" goda Hario dengan senyuman tengilnya.

"Nggak mau, papanya cabul" balas Lia, kemudian ikut duduk disebelah Hario.

Lelaki itu hanya tertawa sambil mengusap-usap kulit halus dari punggung bayinya yang mulai menggeliat karena tidak nyaman dengan posisinya.

"Utututu capek ya sayang tengkurap?" Hario segera mengubah posisinya jadi duduk dan menggendong bayinya seperti biasa.

Dari tatapan matanya, dapat Lia simpulkan Hario benar-benar menyayangi anak mereka. Tanpa sadar Lia menitikan air mata, kali ini bukan air mata kesedihan, tapi ia terharu, karena Hario banyak berubah.

Hario yang tak sengaja menoleh mengerutkan kening saat melihat Lia menangis. "Ngapain lo tiba-tiba nangis?" tanyanya keheranan.

"Lo banyak berubah Har, gue terharu aja liat lo sesayang itu sama anak kita"

Hario yang mendengar itu terkekeh. "Ya wajar lah Li, masa sama anak sendiri nggak sayang?"

"Nanti setelah cerai kita tetep temenan ya Har? meskipun kita udah nggak sama-sama lagi, tapi kita harus kompak buat anak kita, jadi orang tua yang baik meskipun gak bisa ngasih dia keluarga yang utuh" ucap Lia lirih, menatap dalam wajah Hario.

Lia tidak bisa membohongi dirinya, karena sampai detik ini nyatanya perasaan itu masih ada, malah semakin kuat, Lia sangat mencintai Hario. Tapi meski begitu, ia tidak bisa memaksa Hario terus bersamanya, ia tidak bisa memaksakan rasa jika Hario tidak memiliki rasa yang sama padanya.

Marry You Isn't a MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang