.
"Mama!" seru Mikaila dan Mikail bersamaan saat menemukan Kayla ditarik paksa keluar dari loby pusat perbelanjaan. Langkah Walter berhenti, Kayla berbalik segera melihat anak-anaknya berlari kearahnya. Zanetta sudah pergi meninggalkan mereka, karena perintah Walter.
"Mama!, are you okay?" tanya Mikaila saat menghampiri Kayla.
Dugh.
Walter meringis saat tulang keringnya di tendang Mikail. "Kai!" tegur Kayla.
Mikaila bukan tidak mendengarnya, hanya ia tetap menatap tajam pria yang membuat mamanya menangis.
"Dia siapa, Mah?" tanya Mikaila menatap Walter tidak suka.
"Bukan siapa-siapa. Ayo kita pergi sayang!" Kayla menarik tangan kedua anaknya, mengabaikan keberadaan Walter.
Namun sayangnya, Walter tetap keras kepala. Ia mengikuti Kayla bahkan ikut naik dalam mobil milik Kayla membuat ketiga orang ini menatap tidak percaya.
"Apa yang kau lakukan, Walter!" tanya Kayla menahan emosi melihat Walter duduk dikursi belakang samping Mikaila.
"Ayah?" seru Mikaila saat mendengar nama pria dewasa menyebalkan yang ada disampingnya tidak percaya, tentu saja nama itu pernah ia dengat secara tidak sengaja dan menancap dalam ingatannya. Membuat Kayla semakin berkecamuk, apa yang akan Walter pikirkan setelah ini. Mikail pun juga menatap Walter tidak percaya, melalu menatap Kayla bertanya "Benar, Mah?".
Kayla bukan tidak ingin menjawabnya, ia hanya tidak bisa. Bibirnya terlalu kaku dan berat untuk mengatakan fakta itu.
"Benar." Walter yang menjawabnya dengan penuh percaya diri menatap Kayla yang juga menatapnya ragu.
"Mah, apa itu benar?" seolah tidak percaya, Mikail masih meminta jawaban pada Kayla.
Belum sempat Kayla menjawab ponselnya berdering, sebuah panggilan dari rumah sakit. Sebuah panggilan yang memintanya secepat mungkin kembali kerumah sakit. Kayla menjalankan mobil setelah menerima panggilan tersebut, tidak ada suara dalam mobil mereka memilih diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kayla dalam diam sedang menangkan dirinya, dia harus tetap bersikap profesional disaat goncangan batin menyerang dirinya.
Saat sampai di rumah sakit, serasa enggang namun Kayla tetap melakukannya. "Tolong, antar mereka kembali ke sekolah." Katanya sebelum keluar dengan tergesa dari mobil tanpa menunggu jawaban dari Walter, ia hanya menatap anak-anaknya sekilas lalu bergegas.
Walter keluar dari mobil berpinda tempat, perasaan kikuk meliputi Walter. Dirinya tidak tau bagaimana berinteraksi dengan anak-anak meskipun ia memiliki banyak keponakan, apalagi pada anak sendiri. Meskipun perasaan senang atau apalah namanya, sedikit menghangatkan hatinya, "Arahkan padaku dimana letak sekolah kalian!" ia berusaha membuka suara. Mikail menjawabnya meski tak menatap ayahnya, mungkin saja ia pun merasakan hal yang sama seperti Walter, perasaan yang sulit dimengerti.
Meskipun begitu Walter mencoba untuk bersikap santai dengan mengajak anak-anaknya berbicara, bertanya beberapa hal meskipun kadang mendapatkan jawaban dingin dari putranya, tapi ia bersyukur putrinya cepat dapat diajak berdamai walau ia harus merasa seperti diintrogasi oleh beberapa pertanyaan yang dilemparkan oleh putrinya. Dirinya bahkan sempat mengumpat, merasa anaknya terlalu kritis. Rasanya ia ingin mengajukan pengapusan beberapa kata dalam kamus besar bahasa Indonesia, seperti mengapa dan bagaimana.
Setelah mengantar anaknya kembali ke sekolah, Walter kembali ke rumah sakit. Sebelum turun dari mobil ia sempat berbicara dengan Daniel lewat telepon. Walter memasuki rumah sakit berharap menemukan Kayla meskipun dalam benaknya ia tidak begitu yakin setelah ia melihat Kayla mendapatkan telepon mendadak. Tapi ia tetap melangkah, entah kemana ia akan berhenti. Karena yang menjadi tujuannya sekarang ialah, agar Kayla tidak lepas lagi dari dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO YOU
RomanceCerita ini merupakan kelanjutan dari cerita Marriage Contract di akun alfa Alfatih (akun lama penulis). Menceritakan kisah dari kedua insan yang pernah dipaksa untuk bersatu dalam sebuah ikatan yang dibatasi waktunya oleh kedua keluarga. Namun di uj...