BTY 7

39 6 0
                                    


Sesering dan sekuat apapun kita menolak, apa yang sudah ditakdirkan akan tetap menghampiri. Baiknya memang doa sedikit dikoreksi tidak melulu agar hidup sesuai harapan, namun menjadi kuat menerima keadaan.





Walter yang sedang tidur, terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Dia membuka mata sambil mengumpulkan kembali kesadaraannya. Kepalahnya benar-benar sakit, ohh tunggu dimana ini? pikirnya, saat mulai menyadari apa yang terjadi sebelumnya.

Walter menatap kesampingnya mendapati putranya yang sedang tidur tenang, lalu mengalihkan perhatiannya pada jam dinding yang menunjukkan pukul 3 subuh. Perasaannya benar-benar buruk, Walter bangun dengan langkah tertatih ia keluat kamar Mikail dan memasuki kamar Kayla.

Setidaknya aroma kamar Kayla sedikit mengusir perasaan buruknya, walaupun berkali-kali ia mengumpat dalam hati karena kepalanya begitu sakit. Dia merebahkan tubuhnya dengan pelan tanpa ada niat untuk mengganggu tidur Kayla. Dia menarik wanita yang telah memenuhi hatinya itu dalam pelukannya, kepalanya dia masukkan dalam perpotongan leher Kayla.

Beberapa lama setelah Walter pindah tempat tidur, 30 menit mungkin, membuat Kayla terusik. Akhirnya tidur Kayla terasa terganggu dengan hawa lain yang berada di lehernya. Kayla membuka mata dengan terkejut mendapati Walter memeluknya, tapi bukan itu yang membuatnya terkejut. Tapi suhu tubuh laki-laki itu.

"Walter!" Kayla menepuk-nepuk pelan pipih laki-laki itu "Walter!". tak kunjung mendapatkan respon. Kayla akhirnya memilih untuk mengambilkan babypever milik anaknya, karena cuma itulah yang tersedia saat ini disini. Setelah Kayla memasangkan pada dahi Walter, ia kemudian memeriksa kesehatan laki-laki tersebut dengan beberapa kelengkapan medis yang dia miliki.

Setelah memeriksa keadaan Walter, Dia pun menghubungi Romeo untuk membawa Walter ke rumah sakit.

Tapi siapa sangka, laki-laki kepala batu itu ngotot tidak ingin ke rumah sakit dan memilih dirawat di rumah aja. Sehingga Romeo pun terpaksa subuh-subuh keluar ke apotek untuk membeli obat dan kebutuhan lainnya untuk kakaknya yang ingin di rawat di tempat. Tidak terlalu parah memang hanya efek kecapean dan kurang istirahat, tapi menurutnya di rumah sakit Walter dapat di berikan perawatan yang lebih memadai.

Saat Romeo sudah memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Kayla, ponselnya tiba-tiba berdering. Alisnya berkerut, lalu mengangkat telepon itu.

"Ada apa Dad? tumben menelepon subuh-subuh begini," tanya Romeo sambil turun dari mobil.

"Tidak apa-apa, cuma Daddy dari tadi malam menghubungi kakakmu tapi sampai sekarang tidak pernah tersambung, apa Kamu bersamanya?" tanya Adam.

"Ah, Dia sekarang demam tinggi. Ckh, merepotkan!"

"Syukurlah. Akhirnya dia tumbang juga,,, jadi bagaimana keadaannya sekarang?"

"Belum ada perubahan,"

"Kamu tidak mambawa kakakmu kerumah sakit?"

"Aku ingin sekali melemparnya kesana, hanya saja Dia sangat keras kepala, Dad," Romeo mengeluh.

"Memang, jadi dimana kalian sekarang?"

"Anu...itu.." Romeo berpikir bagaimana cara menjawabnya, dia tidak mungkin mengatakan sebenarnya. "Kamu sudah mendapatkan semuanya?" belum sempat Romeo menjawab, Kayla tiba-tiba bertanya padanya. Tentu saja Adam sangat mengenal suara itu.

"Katakan pada Walter, jika tidak ingin ke rumah sakit Daddy akan kesana sekarang juga dan membawanya pulang."

Dan akhirnya Walter dibawa Romeo kerumah sakit.

BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang