BTY 16

37 2 0
                                    

.




,

Setelah mendapat telpon dari Raina, Kayla mengajak anaknya untuk keluar dari perpustakaan yang indah dan menyenangkan itu. Saat membuka ruangan Walter, ia mendapati seorang perempuan yang berpakaian formal sedang bercakap dengan suaminya. Yang sedang menatap komputer didepannya.

"Permisi," cicit Mikaila. Walter dan Zanetta menatap mereka.

"Oh sayang, Ayah terlalu fokus sampai tidak mendengarkan kalian." Walter berdiri menghampiri anak istrinya yang dibelakang pintu. Kayla tersenyum menatap Zanetta yang menatapnya.

Mengabaikan senyum Kayla, "Pak, Anda mendengar saya?" tanya Zanetta pada Walter berharap ia memperhatikan apa yang dikatakan Zanetta padanya.

"Iya, Aku mengerti. Keluarlah!" kata Walter. "Ah, kenalkan Dia Istriku. Sayang dia sekertariku, Zanetta." Mengingat nama itu, Kayla akhirnya pahan sikap menolak perempuan itu terhadapnya.

Zanetta menatap tajam Walter, serta mengumpat dalam hati, apa-apaan ini, pikirnya. Sayangnya Walter bersikap abai, Mikaila tersenyum padanya. "Kayla," ucap Kayla mengulurkan tangannya memperkenalkan diri lebih dulu dengan senyum ramah yang mengembang dibibirnya.

"Zanetta," balas Zanetta dengan senyum yang berusaha ia paksakan berhubung perasaan dan ekspresi yang harus di perlihatkan sangat bertolak belakang. "Kalau begitu saya permisi," Zanetta keluar tanpa menunggu respon mereka, Kayla berbalik menatap kepergian Zanetta. Ada perasaan aneh yang menjalar dihatinya.

"Istri Daniel sudah tiba?" tanya Walter membuat Kayla menatap suaminya itu.

"Ah, belum. Tapi katanya sudah dekat," jawab Kayla, ia melihat anaknya yang menjelajah ruangan kerja Walter sambil bersenandung riang.

"Tunggu disini saja." Kata Walter, sambil mencuri satu kecupan pipih istrinya. Kayla hanya tersenyum atas tingkah keseringan suaminya itu, tapi juga membuat hatinya berbunga. "Aku sholat jumat dulu, kalian tunggu disini saja.

"Ayah, apa Aku boleh masuk?" tanya Mikaila pada ayahnya. Walter melihat anaknya, "Tentu saja, Sayang." Balas Walter sebelum meninggalkan ruangannya.

Tanpa pikir panjang Mikaila membuka kamar yang tidak terlalu besar di ruangan Walter, Kayla melangkahkan kakinya menuju sofa depan Walter.

"He! Mama? Cantik sekali," mendengar seruan Mikaila di dalam Kayla berdiri menghampiri anaknya. Ia tecengang melihat gambar dirinya yang terdapat diruangan tersebut. Mikaila menatap mamanya dengan ekspresi takjub, "Cantik kan, Mah?" Mikaila meminta persetujuan mama, terlihat deretan gigi putih miliknya karena senyum mengembang.

Perasaan berkecamuk itu lagi.

Ada perasaan terharu dalam lubuk hati Kayla, tidak habis pikir. Walter benar-benar mencintainya.

"Kayla!" seru Raina saat setelah membuka pintu ruangan Walter, karena sudah diberitahu oleh Kayla jika sedang di ruangan Walter. Dengan senyum dan air mata yang berlinang satu tangannya siap memeluk Kayla, ia melangkah. "Hisk, Aku sangat merindukanmu," Kayla tersenyum mengelus punggung Raina, air matanya juga mengalir. Lega sekali rasanya kembali bertemu dengan sosok teman yang sudah dianggap saudara sendiri.

Raina Perlahan melepas pelukannya, ia menghapus air matanya dan tertawa ringan. Ia menatap putranya yang masih dalam gendongannya, tangan Kayla juga bergerak mengelus pelan pipih anak yang masih 2 tahunan itu. "Masyaallah, Nak Izzam. Sayang, kenalkan ini adek Izzam." Ujar Kayla pada Mikaila. Dengan gembira Mikaila mengajak bermain Izzam sehingga Kayla dan Raina duduk di sofa berbincang melepas rindu.

BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang