BTY 21

38 3 0
                                    

.




,


Kayla kini sudah berada di Jakarta bersama Walter, setelah mengetahui kehamilannya Walter memaksa Kayla untuk ikut bersamanya. Kayla sempat menolak, namun berakhir luluh karena renteten penjelasan dari Walter yang mampu melunturkan kekhawatirannya. Kedua anaknya tentu saja tidak menolak, selain itu Kayla juga telah berhenti jadi dokter. Perdebatan sengit pernah terjadi antara dirinya dan Walter, lebih parah dari sebelumnya. Lagi-lagi Walter menang. Walter meminta Kayla untuk berhenti benar-benar karena agar Kayla fokus merawat kandungannya, berlebihan memang.

Meskipun Kayla kesal setengah mati dengan sikap Walter keras kepala, tapi sekarang ia sudah menikmati kesehariannya saat ini. Memasak, merawat tanaman, menemani anak-anak belajar dan tentu saja menemani sang suami yang selalu ingin dimanja.

Kayla berhenti dari aktivitasnya yang hendak memotong tangkai bunga karena ponselnya berdering yang terletak di meja tidak jauh darinya. Dirinya berada di taman kecil belakang rumah, dengan langkah pelan ia berjalan untuk mengambil ponselnya, usia kandungannya sekarang sudah menginjak tujuh bulan.

Kayla mengernyit melihat nomor yang terterah di telepon genggamnya, namun ia tetap mengangkat panggilang tersebut. "Assalamualaikum,"

"Mama," nafas Kayla tercekat mendengar suara diseberang sana, dia sangat mengenal suara itu, air matanya mengalir secara tiba-tiba.

"Mi manchi tanto," lirih Kayla dengan suara bergetar, setelah waktu itu ia tidak pernah lagi bertemu atau mendengar kabar dari anak sulungnya. Waktu singkat yang Kayla pikir hanya mimpi, meskipun Doni memegang kata-katanya bahwa akan tetap disana sampai dirinya terbangun. Namun, terlalu singkat baginya sebab setelah bangunnya tidak telalu banyak waktu yang mereka miliki untuk dihabiskan, Doni terburu membawa Dewa pergi.

"Aku ingin Mama disini, bersamaku. Besok, seseorang akan menjemput mama di Indonesia." Kata Dewa dalam bahasa Italia. Dengan bingun Kayla meminta Dewa untuk menjelaskan maksudnya. Dewa membalasnya hanya mengatakan "Kuharap Mama tidak melupakan hari lahirku, Aku ingin kita bersama disini pada hari itu," Tentu saja dengan senang hati mengiyakan dan mengatakan dirinya juga akan mengajak Mikail dan Mikaila namun Dewa menolak dengan tegas. "Mereka saudara Dewa," seru Kayla.

Perasaan khawatir dan takut menghinggapi hati Kayla, saat merasakan penolakan Dewa terhadap adik-adiknya. Dirinya takut jika Dewa akan bersifat dan hidup seperti Doni, hidup seorang diri tanpa memperdulikan keluarga bahkan menolak untuk hidup berkeluarga. Tidak, Kayla tidak ingin anak sulungnya itu hidup dengan perasaan dan prinsip seperti itu. Namun langkah pertama yang harus ia lakukan adalah memenuhi permintaan Dewa.

Setelah panggilan terputus Kayla memperhatikan jam yang tertera dilayar ponselnya, ia akan ke kantor Walter. Kayla merapikan semua perkakas yang ada di dekat pot bunga, menyimpan ketempat sebelumnya. Dirinya lalu menyalakan keran air dan mencuci tangannya sebelum meninggalkan taman belakang dan masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.

Fabio mengantarnya, saat mobil sudah terparkir Kayla keluar dari mobil. Saat berjalan beberapa langkah, seseorang menyerukan namanya memanggil. Kayla berbalik dan menemukan Ryan dalam pandangannya yang tengan tersenyum ramah, Kayla pun ikut terseyum menyapa Ryan. "Kamu ada rapat dengan Walter?" Tanya Kayla basa-basi. "Iya, Kamu sendiri?" tanya Ryan sambil berjalan beriringan. "Aku hanya ingin menemui suamiku," balas Kayla tersenyum lalu mendengar kekehan ringan dari Ryan. Mereka terus berbincang hingga mendapat perhatian dari beberapa pegawai Walter.

Kayla tersenyum pada Anna saat tanpa sengaja mereka bertatap muka, Ryan dan Kayla memasuki ruang Walter, Ryan membuka pintu dan membiarkan Kayla masuk terlebih dahulu. "Assalamualaikum, Sayang" salam Kayla melangkah menghampiri Walter dan mencium tangan suaminya, sedang Ryan pun langsung memilih duduk di sofa. "Waalaikumsalam, kenapa kalian bisa sama?" tanya Walter sambil mengelus perut istrinya. "Kami tadi bertemu di parkiran, kapan rapatnya dimulai?" Ryan yang menjawabnya tanpa melihat dirinya karena lebih memilih membaca majalah bisnis keluaran terbaru yang tadi ada diatas meja depannya.

BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang