Chapter 18

2.8K 301 37
                                    

Putih, seolah banyak kabut menyelimuti penglihatannya. Perlahan dia berjalan menelusuri ruang yang mungkin tak ada akhir. Sunyi dan sepi, tak ada suara apapun, bahkan napasnya tak terdengar. Freen mencoba mencari jalan keluar, namun setelah melangkah jauh, dia tidak menemukan apapun. Hingga tiba-tiba dia mendengar tawa di belakangnya, sangat ceria. Dengan cepat Freen berbalik, namun dia tak melihat siapapun selain danau yang dulu pernah dia kunjungi. Freen mengingat dengan jelas tentang danau sebelumnya, namun sekarang danau itu berbeda, semua yang dia lihat sekarang semuanya hampir berbeda. 

Freen melangkah lagi, dia menuju danau itu. Tak ada perahu lagi, tak ada orang di sana. Bukit yang mengitari danau itu tampak seram, hitam. Langit tampak gelap, awan hitam sedang berlayar di atas sana, pepohonan tampak tinggi menutupi semua penjuru. Rerumputan liar di mana-mana, taman dipinggiran keswick tampak sangat tidak terurus. Freen tetap melewati reremputan itu dengan pelan, perasaannya tak ada rasa takut, Freen seperti melakukannya tanpa sadar. Saat itu pikirannya tidak berkata apapun, hatinya juga biasa saja. Freen bahkan melihat sekeliling, semua yang dia lihat sekarang berbeda dengan danau Derwentwater yang dulu.

Lagi, suara tawa yang terdengar jauh seolah mendekatinya dari belakang. Freen berbalik lagi, dan dalam sekejap semua itu kembali seperti dulu. Freen seakan kembali ke masa lalu. Pemandangan yang terurus kembali dalam waktu singkat, rerumputan yang tinggi tiba-tiba hilang, langit pun akhirnya berwarna biru, tak ada awan gelap di atas sana, semua putih dan indah. Freen melihat seorang wanita berlari mendekatinya, wanita yang sama persis seperti dalam ingatannya. Dia berbisik dengan pelan, "Becca." Freen tersenyum, dia merasa rindu melihat wanita yang sedang berlari ini, rambut panjang yang tergurai indah itu bergerak mengikuti langkah larinya. Freen hanya diam, hatinya merasa sangat senang dan bahagia, dia menunggu wanita itu mendekatinya. 

Namun, Becca tidak berhenti di depan Freen. Wanita itu hanya melewatinya, seakan Freen tidak terlihat. 

Freen terdiam, dia berbalik lagi untuk melihat ke mana Becca pergi. Namun apa yang dia lihat memaksa senyumannya perlahan sirna, Becca berlari ke arah lelaki yang sedang menunggunya di sana. Freen melihat semuanya. Wanita itu berlari dan memeluk lelaki itu, wajah Becca tampak sangat bahagia. Freen menyaksikan itu semua. Suara tawa yang dia sukai itu pun masih terdengar olehnya, Freen sungguh tidak berkedip melihat semua kejadian itu. 

Tapi semua ini tidak berlangsung lama, apa yang dia lihat perlahan hilang, seakan kabut menutupi semua peristiwa tersebut. Dalam waktu singkat, Freen seakan kembali dalam ruang putih itu. Freen tidak menelusuri ruangan itu lagi, dia hanya berdiri dan merasakan betapa perih hatinya sekarang. Freen tak sanggup berdiri, dia akhirnya terduduk di atas lantai putih itu, sesak dalam hati memaksanya untuk lebih bersedih lagi. Semua perasaan kehilangan itu membuat Freen menangis sejadi-jadinya.

.....

Wajah yang sedang tidur itu masih tampak tenang, namun air matanya berlinang. Beberapa saat kemudian, Freen membuka matanya dengan pelan dan menyadari semua itu adalah mimpi. Dia mengingatnya, Freen mengulang lagi apa yang dia lihat dalam buah tidur itu. Rasa sakit dalam mimpi itu, ternyata masih bisa dia rasakan. Freen juga merasa sesak yang sama, seakan semua itu adalah kenyataan. Beberapa saat kemudian, dia tertawa kecil dan mencoba mengabaikan mimpi itu. Freen mengusap air matanya, dia melihat sisa air mata itu di punggung tangannya dan berbisik, "Shit." Tertawa kecil lagi, "Mimpi, huh? Menyebalkan." Freen melihat seseorang yang memeluknya sekarang. Rebecca masih tidur, Freen bisa merasakan dari napasnya yang teratur.

Freen sedikit mendorong tubuh Rebecca agar bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas, lalu dia berbicara dengan kesal, "Mengapa kamu masuk ke mimpiku. huh? Menjengkelkan." Suaranya masih pelan, Freen berbicara sendiri sekarang. Perasaan dalam mimpi itu masih terasa dalam hatinya, namun sekarang perasaan kesal pun menghampiri. Tanpa pikir panjang, Freen memukul dahi Rebecca dengan pukulan jari, sangat kuat. Sontak Rebecca terperanjat, dia terbangun dari tidur saat itu juga. Rasakan, bisik Freen lagi.

̶̶N̶o̶t Love ?  [FREENBECKY] GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang