Chapter 10

3.2K 295 24
                                    

Banyak orang terlibat, ramai. Tempat pemotretan kali ini terlihat tidak asing untuk Freen, dia pernah hanya mampir berkali-kali untuk melihat ibunya saat pemotretan. Suasananya hampir sama, beberapa orang terlihat sibuk untuk persiapan para bintang ini, baik mengatur pencahayaan pada lampu terang dan lampu lembut untuk kesempurnaan hasil potret, ada yang mengurus baju, perlengkapan atau lainnya untuk para aktor atau aktris ini. Semua sibuk, kecuali Freen. Dia diam dan memperhatikan semua orang. 

Irin menghampiri Freen dengan buru-buru, dan berkata, "Freen, Becca memintamu untuk menemuinya." Suara Irin juga terdengar panik, Irin tidak mendapat respon apapun selain kedua alis Freen yang terangkat sebagai artian kenapa? Irin menghela napas sebentar, lalu dengan wajah sedikit kesal, dia berkata, "Tidak tau. Tapi katanya, jika kamu tidak mau menemuinya sekarang, dia tidak akan keluar dari ruangan itu." Jelas Irin.

Freen mengangguk saja, dan Irin pun tampak lega. Manajer itu secepatnya pergi keluar, mungkin Rebecca memintanya untuk membelikan sesuatu. Freen tidak langsung ke ruangan itu, dia akhirnya memanggil kontak Rebecca. Namun tidak diangkat. Tampaknya Rebecca tidak ingin berbicara melalui ponsel kali ini. Freen menghela napas, dia akhirnya menuruti perkataan Irin, rasa berat itu masih ada tapi tidak terlalu terasa. Freen akhirnya kembali menemui Rebecca.

Dia sekarang sedang berada di depan pintu dengan tulisan Rebecca Patricia, Freen menatap nama itu dan mempersiapkan dirinya menemui wanita ini. Akhirnya Freen membuka pintu dengan pelan, dia mengintip sedikit. Rebecca masih duduk di depan meja rias itu, sedang bermain ponselnya. Melihat ini Freen berkata dalam hati, ponsel di tangan tapi panggilanku tidak diangkat. Freen menggeleng saja, lalu akhirnya dia masuk, menutup pintu dan menghampiri Rebecca. 

Freen berdiri di sampingnya, sedangkan Rebecca, dia hanya melihat penata riasnya tanpa berkata apapun. Setelah agak lama, Freen merasa canggung dengan semua itu, Rebecca tidak memulai perkataan sedikitpun, dia masih melihatnya tanpa Freen tau arti dari tatapan itu. 

Akhirnya Rebecca berkata, "Kamu tidak memperhatikan wajahku."

"Hm?" Freen sedikit bingung, lalu dia memperhatikan wajah itu sejenak, lalu berkata, "Riasanmu masih bagus." Kata Freen setelah melihat wajah itu.

Rebecca menggeleng dan berkata, "Perhatikan lagi."

Freen menghela napas dan melakukan apa yang Rebecca katakan, tapi hanya dari jauh, dia tidak menunduk untuk memperhatikan semuanya, Freen merasa itu tidak perlu. Akhirnya Freen bertanya, "Apa yang harus aku perhatikan, Patric?" Sekarang suaranya sedikit kesal.

Rebecca menunjuk sesuatu di bawah matanya, dia berkata, "Kamu tidak melihatnya?"

"Hm? Apa?" Alis Freen berkerut, dia sungguh bingung dengan percakapan ini. 

Bibir Rebecca sedikit tersenyum saat mengatakan, "Satu bulu mataku jatuh, tolong singkirkan." Dia menunggu Freen untuk melakukannya. 

Freen? Dia terpejam kesal. Lalu menghela napas dengan dalam. Freen melihat Rebecca dan berkata, "Kamu memintaku ke sini hanya untuk satu bulu mata yang bahkan tak terlihat itu?"

Rebecca dengan polosnya mengangguk, dan menjawab, "Mm. Singkirkan." Suaranya memerintah sekarang.

Kedua tangan Freen menggepal, dia tidak habis pikir dengan permintaan ini. Freen mengatur kesabarannya, dia berkata, "Baiklah." Freen melihat wajah itu dan dengan lembut dia mengambil bulu mata itu. "Sudah. Ada lagi?" Suara Freen sangat datar sekarang.

Rebecca tersenyum, dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Bantu aku berdiri." Dia mendengar Freen menghela napas lagi, tapi Freen tetap mematuhi perkataannya. Dia memegang tangan Rebecca dan aktris ini pun turun dari kursi itu. 

̶̶N̶o̶t Love ?  [FREENBECKY] GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang