Chapter 30.1

3.7K 259 29
                                    

Pengelana cinta yang berusaha untuk memalingkan rasa gebu dalam hatinya, dan bahkan telah menjauhkan dirinya dari sosok yang dia harapkan selama ini, akhirnya pasrah saja dengan semua jalan cerita hidup yang disajikan oleh semesta untuk kembali ke tempat awal di mana rasa itu hadir dalam jiwanya. 

Perasaan yang dulu bersembunyi itu berhasil melewati ranah yang sulit untuk dijajahi dan bukit yang sulit didaki, hingga akhirnya dia bertahta di antara perasaan takut akan kecewa, juga mengalahkan keegoisan untuk memiliki. Mahkota yang digunakan oleh hati itu seolah bersinar dan memerintah semua perasaan dalam diri untuk mengikuti perkataannya, tentang apapun itu, terserah pada dirinya. Cinta menduduki kursi raja dan sekaligus ratu dalam dirinya. 

Tugasnya terbilang mudah, hanya untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Ya, mudah. Sebab, itulah pekerjaannya. Cinta yang tulus yang tak mengharapkan apapun selain mengutarakan perasaan tersebut pada orang yang dia inginkan. 

Tapi, perkataan ini tidak sepenuhnya benar. 

Sebab, pengakuan cinta dalam hatinya, menginginkan sebuah akuan sebagai pemilik hati yang dia kejar sekarang ini. 

Freen tidak menginginkan penolakan, dia menginginkan hubungan. 

Namun, cincin itu tidak dia digunakan dulu. Sekarang dua cincin itu masih saja dia genggam erat, mencari waktu yang tepat untuk menampilkan pesonanya. Dia harap, Rebecca menerima perasaan itu. Tanpa tapi, atau juga, alasan penolakan lainnya. 

But, Freen tau. Jalan pikiran Rebecca tak bisa ditebak. Dia tau, aktris ini menginginkannya. Namun kalau ini tentang hubungan? Freen angkat tangan, Rebecca tak pernah membahas ini sejak petemuan kedua kalinya itu. Tapi, itu bukanlah halangan untuk pembalap satu ini, dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Kota yang tak pernah tidur sedang menghadapnya sebagai saksi, Freen harus melakukan yang terbaik.



























Brooklyn Heights Promenade - Jembatan Brooklyn, New York

Angin sudah biasa menemani siapapun yang berdiri di jembatan tua ini, sebuah tempat romantis untuk melihat Manhattan yang sangat megah dari bawah. Semulanya Freen memilih untuk pergi ke puncak gedung Empire State, namun dia tak mau melihat gedung-gedung itu dari atas sekarang, juga, mungkin di sana akan lebih dingin lagi. 

Walaupun sebenarnya sama saja, angin selalu ada di ruang bebas tersebut. 

Jaket hitam milik Freen sudah memeluk Rebecca dengan hangat, topi miliknya juga sudah dikenakan oleh aktris ini. Setelah malam pesta itu, mereka tak langsung pulang, Freen ingin mencari udara segar dulu. Dan yang pasti, Freen ingin mengeluarkan semua isi hatinya malam ini. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Freen tak ingin menunggu hari esok.

Rebecca tersenyum, mereka berdiri berdampingan melihat pemandangan itu. Freen mengabaikan gerakan tenang lautan di depannya, sekarang mata itu hanya tertuju pada paras indah yang terpantul sinarnya lampu jalan dan cahaya bulan. Freen tak sadar ikut tersenyum, lengkungan itu seolah perlahan melengkung sangat manis. Freen diam, dia tidak berpikir apapun.

Aktris ini masih saja memperhatikan suasana malam, dia jarang keluar dan menyaksikan dunia malam seperti sekarang, selama ini dia hanya tidur atau mabuk di rumah sendirian. Dia juga sadar Freen menatapnya dari tadi, tatapan itu tidak menganggunya, bahkan dia sangat senang wanita di sampingnya ini terpesona pada dirinya, bukan kota New York. 

Setelah beberapa saat, Rebecca menoleh melihat Freen, dia tertawa kecil melihat tatapan sayang itu. "Kamu mau tanda tangan, Freen?" Canda dalam suaranya membuat Freen tersadar dari lamunan kosong itu, Freen ikut tertawa kecil. 

̶̶N̶o̶t Love ?  [FREENBECKY] GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang