Cerita ini hanya imajinasi zae, zae hanya meminjam karakter dari sensei aslinya. I hope you can enjoy Zae's imaginative story, luv u 🤍
🌹🌹🌹
Malam itu ash tengah memeluk keiji dibawah lembutnya angin malam, menghirup aroma yang begitu candu dari ceruk leher sang kekasih, keiji hanya tersenyum lembut dan semakin menyandarkan dirinya kedalam pelukan hangat ash
"aku tiba tiba mengingat suratmu yang terakhir kali" celetuk ash
"kenapa?" tanya keiji heran
"my soul is always with you, itu... bukan bualan belaka, kau tak pernah meninggalkanku" ujar ash
"karena aku bukan pembohong" ujar keiji tanpa maksut apapun
"maaf" ujar ash dia sadar eiji menanggung banyak kesedihan karenanya. karena janjinya
"kenapa? Itu sudah masa lalu, tak perlu diingat, toh sekarang kamu disini denganku" ujar keiji
"apakah itu sudah cukup bagimu? Untuk menyembuhkan lukamu?" tanya ash menyentuh dada keiji yang berdetak kencang seolah tengah berlari ribuan mil
"tanganmu selalu dingin dan jantungmu berdetak kencang setiap kali kita membahas masa lalu, bahkan walau itu kenangan yang tak menyakitkan sekalipun, seakan kau memiliki ketakutan dan trauma dengan hal itu" ujar ash, ia merasakan keiji menegang
"...."
"eiji... apakah begitu menakutkan?" tanya ash
"uhm..." keiji menimbang nimbang sebentar dengan ragu
"...aku tidak merasa takut hanya saja seperti seseorang menabur garam pada luka yang tak bisa sembuh ataupun kering, luka yang tak memiliki obat, luka yang dimana setiap detiknya bertambah kronis, bahkan Ketika tanganku tersayat itu tak lebih menyakitkan dari kekosongan yang ada pada dadaku, bahkan ketika darah pada lenganku terus mengalir menguras habis darah pada tubuhku tetap tak dapat menandingi sebarapa sesak dadaku, aku terus mencoba begitu gila mengalihkan rasa sakitnya, namun semua itu sia sia" keiji berbalik menghadap ash, terlihat wajahnya yang entah bagaimana harus mendeskripsikan wajah itu, itu menyakiti hati ash
"bahkan Ketika sebuah pisau menembus jantungku, itu bukanlah hal yang menyakitkan dibanding dengan rasa sakit yang tak berdarah" keiji memeluk ash yang mematung kaku, jawaban itu menyakiti batin ash
Seandainya ia tahu itu akan terjadi ia akan berusaha untuk tetap Bersama eiji dan tak meninggalkannya walau hanya untuk sekedip mata, tapi itu hanya perandaian yang sia-sia karena semua sudah terjadi dan saat ini mereka telah diberi kesempatan lagi, maka ash berjanji untuk tidak menyianyiakannya
"maaf...aku tidaklah sekuat dirimu yang bisa menanggung baban begitu banyak diatas pundakmu. nyatanya aku begitu lemah, hanya karena aku mencintai seseorang aku melakukan banyak hal gila, hanya karena kematianmu, aku bahkan seakan sudah kehilangan jiwaku, aku tak sekuat dirimu ash.... Nyatanya aku memang begitu lemah...." gumam keiji
'seharusnya aku sadar sedari awal bahwa hal itu akan berakhir buruk untuk eiji, tapi mengapa aku harus begitu egois untuk mencari kebebasanku sendiri dengan memilih bermimpi Panjang tanpa mengingat bahwa aku telah mengikat belenggu janji pada eiji' batin ash menatap eiji yang tenang didalam dekapannya, terlelap dalam mimpi, seolah tidur adalah cara terbaik untuk melupakan segala rasa sakit
itu yang selalu terjadi setiap ash membahas masa lalu, keiji akan dengan tenang menjawab, dan tertidur pula dalam diam seakan mendapat kedamaian, lalu tak akan mengungkit pembicaraan yang terjadi kala bangun, seakan tidur itu menyegel setiap apa yang membuat keiji merasa takut, sedih atau tertekan. Itu trauma yang sebenarnya

KAMU SEDANG MEMBACA
arrange again
Fantasy"aslan!!! Aslan!!!" 'Sungguh berisik tidak bisakah dunia menjadi lebih tenang? Aku baru ditikam beberapa saat lalu, dan sekarang mengapa disini menjadi begitu bising? Apakah alam baka menjadi pasar malam sekarang?!' batin ash. Mengerjapkan mata yang...