Empat Belas

51 7 0
                                    

Dua Minggu lalu Ujian Nasional sudah dilewati oleh Mikha, tepat hari ini pembagian ranking hasil kerja keras mereka setelah susah payah dalam belajar, pada Minggu pertama mereka semua melaksanakan ujian tulis, dan Minggu kedua ujian lisan juga ujian kitab.

Saat ini semua peserta ujian dikumpulkan dalam aula untuk pembagian ranking tersebut, Mikha dan Ricky duduk berdekatan, Mikha berharap hasil usahanya selama ini dapat memuaskan hatinya, selama dua Minggu Mikha berusaha keras agar tidak menyontek dalam ujian, dan syukurnya Ricky dan Oxy mendukung itu, Oxy rela tidak menggangu Mikha demi ujian itu.

Perasaan campur aduk dan keringat dingin mewakili keadaan Mikha sekarang, ia sangat grogi, dari tadi tangannya sibuk menggenggam tangan Ricky, batinnya berdo'a terus-menerus, terkadang ia memejamkan mata agar dapat merilekskan pikirannya.

Dan yang ditunggu-tunggu

"Juara satu kelas 3A, jatuh pada Ricky Nanda Putra!!"

Sang pemilik nama pun berdiri dengan sedikit membungkukkan tubuhnya tanda sopan, senyuman manis muncul di bibirnya.

Mikha yang melihat kepergian Ricky bertambah gugup, dirasa ia ingin menangis saja, ia tidak mau pulang jika nilainya terus-terusan buruk, ia terlalu berharap dengan nilai tersebut, hingga...

"---"
"Juara tiga kelas 3A, jatuh pada.... Mikha El-Hariz!!"

Air mata lolos keluar, saat ini ia menangis atas keberhasilannya, ia tidak pernah berharap sampai mendapatkan tiga besar itu, baginya mengharapkan itu tidak ada artinya, ia berjalan kedepan dan menghadap kearah teman-temannya, inilah yang ia tunggu-tunggu selama tiga tahun.

Acara pembagian ranking berjalan dengan lancar.

Malamnya Mikha dan teman-teman merayakan hari kemenangan bersama dengan sedikit berpesta mie, Mikha melupakan perintah Oxy siang tadi, yang mana Oxy menyuruhnya ke gudang untuk berbicara sebentar, justru sekarang Mikha asik dengan makanannya dan obrolan random teman-temannya, sesekali ia tertawa dengan lelucon temannya itu.

Semakin lama semakin dikit pula yang tersisa, banyak yang pergi duluan karena alasan lelah dan ingin istirahat, begitu juga dengan Ricky, sekarang dua orang saja disana, yaitu Mikha dan Ibrahim atau dikenal Ibo.

Mikha memang kurang dekat dengan Ibo, makanya saat ini keheningan yang menyelimuti mereka, Mikha masih memakan mienya dan Ibo sibuk memperhatikan Mikha, keliatannya Ibo ingin mengucapkan sesuatu,

"Mikha" tegurnya memecahkan keheningan

"Iya?" Mikha menyahut dengan mie yang masih ada dalam mulutnya

"Mau nyicip rokok ga?" godanya dengan menekan kata rokok, dan alis yang turun naik

"Hmm... mau sih, tapi gue takut" Mikha menjawabnya dengan kekehan dan suara kecil

Ibo tertawa mendengarnya, sungguh Mikha yang ia kenal sok pemberani ternyata juga penakut
"Ga usah takut kali, enak loh" godanya lagi dengan menunjukkan sebatang rokok yang ia selipkan diantara dua bibirnya, ia menyalakannya tepat didepan muka Mikha.

Iman Mikha yang hanya setipis tisu, tergoda dengan gaya Ibo yang mengeluarkan asap dari dalam mulutnya, bagi Mikha, Ibo terlihat keren dengan asap itu, padahal baunya tidak sedap.

"Ibo, gue mau juga dong" bisiknya saat Ibo membuang abunya kedalam wadah pop mie

"Ouh, ini" Ibo merogoh sakunya mengambil sebatang rokok dan korek api, lalu diberikan pada Mikha

"Tapi, ajarin gue yah" cicitnya sedikit malu

"Iya, gue ajarin"

Mikha mulai menyalakan rokoknya, tangannya tampak bergetar, setelah rokok itu hidup ia terbatuk-batuk terkena asapnya, ia sedikit tidak percaya bisa menghisap rokok dengan handal seperti Ibo.

Mikha, Si Babu OxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang