Enam Belas

59 7 2
                                    

Jam tangan berwarna hitam yang bertengger dipergelangan tangan sebelah kiri saat ini selalu dilirik oleh seseorang yang sedang menulis didalam kelas yang sepi dan sejuk.

Jam itu menunjukkan bahwa 19 menit lagi akan jatuh pada angka 5 sore, yang artinya tugas yang diberikan harus sudah dikumpulkan.

Dia Ricky, ketua kelas sekaligus sahabat Mikha.

"Dia pindah, dia pindah, dia netap, lah, Mikha?" mata dan jari telunjuknya tertuju pada objek yang sama yaitu Absen.

"Lo pindah atau kagak sih Mikhaaa!?" geramnya

Lelah, pusing, bingung, dan kesal.
Itulah perasaannya sekarang.

Lama kelamaan peci yang berada diatas kepalanya semakin naik dan memunculkan jambul rambut hitamnya, setelahnya ia menaruh peci itu disebelahnya.

Dirasa datanya sudah hampir lengkap, ia mengambil keputusan untuk menemui Mikha dan bertanya pasti tentang pilihannya.

Rasanya kemarin baru saja menduduki bangku kelas 3, tapi nyatanya sudah harus menulis data perpindahan atau menetap.

Begitu cepat waktu berputar.

Langkahnya terus menelusuri akan keberadaan Mikha.

Ketika ia menginjakkan kakinya kedalam asrama, tidak ada satupun santri yang terbangun, dalam artian mereka semua tertidur.

Bukan berarti dalam waktu sepanjang ini mereka hanya tidur dan meninggalkan sholat jamaah

Waktu sore yang sangat indah ini yakni setelah ashar digunakan mereka untuk menyapa mimpi-mimpi yang sempat dijeda.

Ricky tak peduli dengan itu.

Ia tetap pada tekadnya untuk menemui Mikha dan bertanya kepastian tentunya.

"Oiiii..... bangunn!" pekiknya tepat pada lubang telinga Mikha

Tidur Mikha terusik, "Hoamm......" setelahnya Mikha hanya bergumam dengan posisi menidurkan tangannya, lebih tepatnya menjadikan tangannya sebagai bantal

"Buruan bangunn!! gue mau nanya pentingg!"

"Hoamm..... ck! apasihhhh!" akhirnya Mikha terbangun dia kesal? tentu.

"Noh, liat! tinggal lo yang belom gue data!" sambil memperlihatkan kertas data yang ia tulis

"Ck!, yaudah, bikin aja gue netap!" putusnya asal

"Beneran ya, gue gak mau nantinya lo berubah pikiran"

"Ha'ah"

"Oke deh itu doang", tangannya menulis data Mikha "sana! tidur lagi sampe gila!" ejeknya berlalu meninggalkan asrama itu dan Mikha didalamnya yang memasang wajah masam.

Setelah perkataan itu Mikha tidak nafsu lagi untuk tidur, ia beranjak dari tidurnya menuju keluar dengan membawa handuk dan pakaian dalam

Ia ingin mandi.

•••

Didepan laboratorium komputer

Tampak seorang pengurus yang sedang mengintrogasi dua orang santri dengan memakai baju santai dan sarung yang sedari tadi hanya menunduk dalam.

Mereka terlihat sangat takut dengan Oxy saat ini, dikarenakan Oxy yang sangat amat irit berbicara, sekarang membentak mereka

"JAWAB!!" sentak Oxy dengan alis yang saling bertautan

Dua santri itu hanya bisa menunduk karena takut

Oxy yang tak kunjung mendapatkan jawaban tentunya membuat emosinya memuncak

Rotan yang berada di tangannya ia gunakan untuk memaksa pandangan santri yang memakai baju kaos hijau itu menatapnya

Dengan terpaksa anak itu menatap mata tajam Oxy

"Paham bahasa Indonesia hm?"

Jujur saja, bulu kuduk mereka meremang juga detak jantung mereka berdegup kencang saat ini

Anak itu hanya mengangguk, ia ingin sekali menjawabnya tetapi entah kenapa seakan mulutnya tertutup untuk berbicara

"Kamu" sekarang perlakuan yang sama kepada anak sebelahnya yang memakai baju kaos hitam

Pikirannya sedang mengarang jawaban.

"T-tadi, ustadz pengabdian menyuruh kita agar ke-lab untuk mencari barangnya, setelah dapat kita malah ketiduran" jawabnya sedikit gugup

"Lalu?" Oxy tau mereka menyembunyikan sesuatu

Sebab, saat ia berjalan ia melirik sekilas tempat itu, didalamnya ada dua santri yang sedang bermain benda pipih dan komputer diluar waktunya.

Keduanya serentak menggelengkan kepala sambil tertunduk juga tangan yang bertautan dibelakang.

"Berani bohong hm?"

"Enggak, kita gak bohong Kabir" masih diiringi gelengan

"Bermain handphone didalam laboratorium dan kamu membuka sosial media dari komputer, benar hm?"

Deg.

Seketika mereka terbungkam tak berani menjawab, pernyataan itu benar.

"Darimana Kabir tau?"

"Woi! siapa sih yang jadi jasusnya!?"

Pertanyaan itu yang senantiasa berada dipikiran mereka

Oxy yang seolah mengetahui isi pikiran mereka melontarkan jawaban "Saya lihat sendiri" ketusnya

"Sekarang keliling di balai pertemuan 20 kali, jangan duduk sebelum saya datang, paham!?"

"Iya, paham"

Walaupun waktu mulai sore tidak menjadi penghalang bagi seseorang Oxy untuk menghukum pelanggar

Tangan Oxy terulur untuk meminta benda pipih itu, seraya berkata "Barang ustadz biar saya yang berikan"

Anak berbaju hijau itu merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih berwarna hitam.

Rela tak rela setelahnya dua santri tadi bergegas ke tujuan dengan berlari saat telunjuk Oxy naik seakan menghitung.

Salah satu dari banyaknya alasan kenapa banyak yang takut bahkan enggan pada Oxy? adalah, jika ia memberi hukuman, ia tidak segan-segan memberi hukuman yang paling berat

Maka dari itu para pelanggar berpikiran lebih baik dihukum anggota keamanan dari pada ketuanya sendiri.

Bagaimana tidak? ia hanya melontarkan perintah tanpa merasakannya.

Dalam masa jabatannya ia jarang sekali memergoki santri, paling-paling hanya kejadian Mikha beberapa minggu lalu yang mana dengan berani merokok.

Untungnya Mikha hanya dapat teguran dari Oxy

Tidak adil bukan?

Ketika santri lain yang melakukan hal seperti itu seketika mereka kehilangan rambut indah alias botak.

Mengecilnya tubuh dua anak itu Oxy segera menuju kamar pengabdian untuk memberi barang milik salah seorang ustadz pengabdian.

Barang yang dimaksud adalah buku agenda tebal nan besar dengan tulisan yang terpampang jelas
LABORATORY CLASS RECAP.



























Karya pertama harap dimaklumi
Jangan lupa tinggalkan jejak!

See you!.

Mikha, Si Babu OxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang