Sembilan Belas

40 8 5
                                    

Mikha dan Ricky kini tepat di depan gudang, mereka mengetahui Oxy di sini karena sempat bertanya pada anggota kamarnya. Mikha sedang menyusun kata agar dipermudah proses izinnya, Ricky pun hanya menunggu Mikha selesai dengan pikirannya.

"Lama bener, gue aja deh yang ngomong" Ricky maju tiga langkah didepan pintu gudang.

"Eh, nanti kalo dia marah gimanaa" Mikha menarik lengan Ricky.

"Makanya, buruan"

"Iyaa" Mikha mengambil nafas panjang lalu, menghembuskannya. Tangannya mengetuk pintu gudang tersebut, dengan perlahan tentunya.

Tidak lama menunggu, seseorang yang di cari membuka pintu dengan alis tertaut.

Kepalanya diangkat seolah bertanya -kenapa?

"Ini kak, Mikha mau izin pulang" tetap saja Ricky yang angkat suara.

"Ngapain?" kini matanya tertuju pada Mikha.

"Gini kak, bunda aku sakit"

"Sini kartunya" Mikha memberikan apa yang dipinta.

"Zaki ga ada?"

"Kabir Zaki gamau kak, katanya udah ga boleh izin" suara Ricky masuk ke telinganya.

"Kalo ga boleh ya sudah!" dengan notasi tinggi itu Oxy membuat dua orang di depannya menunduk.

"T-tapi k--" Mikha belum terima dengan kenyataan.

"Bantah?"

Mikha menggeleng.

"Lo pergi" Ricky meninggalkannya.

Setelah Ricky pergi,"masuk" titahnya pada Mikha.

Oxy menduduki posisinya di kursi single dengan Mikha di hadapannya.

"Dari mana lo tau?" visusnya hanya pada Mikha.

Mikha menunduk "t-tadi, ustadz Ulin dapat pesan dari sepupu aku kak, terus aku di suruh nelpon" Mikha sedikit gugup.

"Lo tau, ga ada izin sampai perpul?"

Mikha mengangguk "t-tau"

"Jadi?"

"A-aku mohon kak, sehari aja gapapa"

"Yakin?"

"Yakin, yang penting aku ketemu bunda" gugupnya hilang. Pada nyatanya hati Mikha menggeleng tidak setuju dengan apa yang diucapkan.

"Gue kasih izin tiga hari, sebelum ashar udah pulang" Oxy sedikit iba dengan keadaan Mikha.

Seketika Mikha mengembangkan senyumanya dengan penuh kebahagiaan.

"Lo tau sendiri apa sanksinya" tegas Oxy dengan menekan setiap katanya.

Mikha mengangguk.

Oxy menulis alasan, waktu dan penjemput dikartu tersebut.

Mikha memperhatikan tulisan itu, tepat saat menulis 'penjemput' tangan Oxy berhenti yang langsung dijawab olehnya "kakak sepupu aku, namanya Alya Putri"

•••

Sebelum maghrib Mikha telah di jemput oleh Alya dengan sepeda motor. Selama perjalanan Mikha menikmati indahnya alam luar dengan mendongakkan kepalanya. Terkadang ia juga memejamkan mata kala merasa Alya yang meninggikan kecapatan saat jalan sepi.

Walaupun sudah duduk dikelas tiga mts, Mikha sama sekali belum bisa membawa kendaraan kecuali sepeda gayung, entahlah mungkin ia kira akan selalu kecelakaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mikha, Si Babu OxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang