🍁 After Rain Chapter 67 🍁
🍁 Menunggu seseorang di sisi pembatas balkon, Jeran menyempatkan diri merapikan penampilannya. Dari dasi yang mengendur ia tarik hingga kancing terdekat dengan kerah. Lalu tak lupa cowok itu melihat pantulan muka dari kaca ponsel, mengamati wajah serta rambutnya yang belah kanan, tetapi mengembang ke atas ujung-ujungnya.
Setelah yakin kegantengannya akan membuat orang yang ditunggu terpesona atau paling tidak dirinya enak dilihat, Jeran membalikkan badan. Cowok itu menyimpan dua tangannya ke saku celana, memberi anggukkan dan membalas singkat jika ada yang menyapanya.
"Aku harus bagaimana ya, jika dia keluar nanti? Kata apa yang harus kali pertama aku ucapkan?" batinnya.
"Jantung, tenanglah. Jangan salah tingkah seperti ini. Bukankah ... kita sudah terbiasa bertemu perempuan cantik?" katanya lagi dalam hati. Cowok itu merasakan ritme jantungnya bagai ditabuh dalam tempo cepat.
Alis Jeran terangkat satu saat Jezrine cs tiba-tiba berhenti di hadapannya. Saking gugupnya, cowok rambut berkilau itu tak menyadari Jezrine cs tadi berjalan ke arahnya. Berusaha tenang, Jeran kemudian memberikan ekspresi yang mewakilkan kalimat tanya dalam benak.
Jezrine menyilangkan tangan di depan dada, rautnya dipasang angkuh dan dingin. "Hido bilang, kau mau bertemu dengan Judhy, apa itu benar?"
"Perlu aku jawab?"
Jezrine mempertahankan ekspresi angkuhnya, tetapi kali ini sudut bibir kiri tertarik ke atas sedikit, menandakan gadis itu merasa terusik dengan perkataan Jeran.
Gadis modeling yang memiliki tinggi di atas rata-rata teman sebayanya itu mengikis jarak dengan Jeran hingga menyisakan satu langkah. "Aku ke sini hanya ingin memperingatkanmu."
Jeran sontak mengernyit, apa maksud dari perkataan sang mantannya itu?
"Sebenarnya aku yakin kau bukan seleranya. Hanya saja untuk berjaga-jaga barangkali dia sedang salah minum obat, aku peringatkan kau agar tidak main-main dengannya. Maksudku, jangan menjadikannya target untuk dijadikan mantanmu yang kesekian. Dia ... anak baik-baik. Kalau sampai dia kenapa-kenapa setelah dekat denganmu, maka kau," ucap Jezrine sungguh-sungguh, lalu menunjuk Jeran dengan telunjuk kanan dan sorot matanya menghujam lebih dalam, "... akan berurusan denganku."
Jeran tersenyum geli bersamaan dengan Jezrine menurunkan tangan. Sikap Jeran itu tentu saja membuat Jezrine mengernyit dalam, tak mengerti.
"Sok mengkhawatirkannya, bilang saja kau cemburu, iya kan?"
"Dih! Percaya diri sekali. Aku bisa dapetin yang lebih darimu kalau aku mau. Ya ... sayangnya untuk saat ini lagi mau fokus belajar saja karena sudah kelas tiga."
Jeran tak ingin berdebat dengan matannya, dia lantas mengangguk tak ambil pusing. "Oke, aku percaya. Dan kau tenang saja, aku jamin dia akan tetap jadi anak baik-baik setelah dekat denganku."
"Aku pegang ucapanmu," balas Jezrine sedikit mengangkat dagu, kemudian mengambil langkah pergi yang diikuti kedua rekannya.
Suasana lorong mulai sepi. Tadi saat berbicara dengan Jezrine, Jeran melihat anak-anak kelas 9 F-2 sudah banyak yang keluar, tetapi kenapa ...?
"Saat aku sampai ke sini, dia belum keluar kan tadi? Ah, bagaimana kalau dia berubah pikiran?" batinnya, mulai resah. Dia dengan cepat mengeluarkan ponsel dari saku celana kanan.
Sementara Jezrine yang sudah cukup jauh, sesekali menoleh. Entah perasaan apa yang menggelayut di hati kecilnya saat ini. Dia tidak peduli Jeran dekat dengan siapa, tetapi kenapa ... begitu pilihan Jeran adalah mendekati Judhy, dia merasakan percikkan panas di dalam dirinya. Ada rasa seperti ... ditikung oleh orang terdekat. Jezrine merasa dikhianati oleh Judhy. Konyol memang, tetapi itulah yang dirasakan Jezrine sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain Season 1 (END)
Roman pour AdolescentsAfter Rain. Kisah para remaja dengan segala luka dan tawanya. ___ Btw, cerita ini series panjang ber-season. Kalo mau ngikutin ceritanya sampe tamat bareng author, pintu terbuka lebar. Kalo enggak, mending mundur dari awal. ✌️ ___ Keterangan: Gambar...