🍁 After Rain Chapter 12 🍁
🍁Malam semakin larut saat Rocky masih berlatih. Cowok itu enggan berhenti memukul dan melayangkan tendangan pada samsak yang menggantung.
Hingga pukulan yang amat keras, Rocky menghentikan aktivitasnya. Sembari mengatur napas, cowok itu perlahan mendongak. Rambutnya terlihat basah karena keringat. Bahkan saking berkeringatnya, buliran cair tampak mengalir di lehernya.
Cowok itu kemudian memejamkan mata, mengingat masa kecil saat bersama kedua orang tuanya. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena suara seseorang cukup mengganggu pendengarannya.
"Tiap kali latihan kau selalu memaksakan diri, Nak. Bukannya tidak boleh, hanya saja ... kau harus sekolah besok. Jadi sebaiknya sekarang kau pergi makan dan berisitirahatlah. Besok baru kau bisa melanjutkan latihannya." Kevan berhenti di dekat Rocky.
Rocky menggerakkan kepalanya yang masih mendongak untuk menoleh pria di samping kiri belakangnya. Cowok itu memberikan tatapan yang memang sudah biasa Kevan dapatkan.
Keduanya saling menatap tanpa bersuara. Kevan terlalu takut membuat kesalahan saat berucap jika Rocky sudah menatapnya lama. Maka diam adalah pilihan terbijak menurutnya.
Rocky memutar tubuh hingga menghadap Kevan sepenuhnya. Sorot mata cowok itu masih sama, tajam, dalam, dan tak terbaca.
"Kalau ada yang ingin kau katakan pada ayahmu ini, tidak usah sungkan."
"Harus berapa kali aku ingatkan Anda, Tuan, aku tidak sudih kau menjadi ayahku."
Kevan mengedikkan bahu tak peduli, meskipun sebenarnya di relung hati pria itu sangat terluka akan ucapan Rocky. "Oke. Tapi sampai kapan pun, darahku itu mengalir pada tubuhmu, Nak. Dan itu tidak bisa kau hapus jejaknya."
"Apa Anda sudah pernah melakukan tes DNA sampai Anda begitu yakin kalau ada darah Anda yang mengalir di tubuhku?"
Kevan tersenyum lembut, ada luka dan ... keraguan di sana. "Memang belum. Tapi setahuku, hanya aku pria brengsek yang menyentuh ibumu, yaitu Flodi. Dan kau adalah putranya, yang artinya juga putraku."
"Bagaimana kalau aku adalah anak dari hubungan ibu dan bapakku?"
Kevan mendengkus kecil. "Aku sudah menceritakan ini padamu sebelumnya, tapi entah kau mendengarkannya atau tidak saat itu. Jadi ... aku tidak akan bosan mengulang cerita ini padamu."
Rocky memutus koneksi mata dengan Kevan, tetapi telinganya siap mendengarkan penjelasan pria itu.
"Renan. Orang yang kau panggil 'Bapak' itu adalah temanku. Dia setahun lebih tua dariku. Dulu, aku, Flody, dan Renan sering menghabiskan waktu bersama. Aku dan Flody adalah sepasang kekasih waktu itu. Dan ... yah, terjadilah hal-hal yang diinginkan."
Tempat latihan yang terdapat beberapa samsak menggantung di sisi ruangan, serta matras bertumpuk rapih di sudut, dan dilengkapi alat fitness itu lengang beberapa saat. Sampai akhirnya Kevan mengembuskan napas berat memerhatikan sikap Rocky yang terlihat antara mendengarkan dan tidak.
Akan tetapi, Kevan memilih melanjutkan ceritanya. Pria itu mengambil langkah untuk bersandar pada dinding. Matanya memang melihat lurus, tetapi sesekali dia melirik Rocky yang masih berdiri di tempatnya.
"Seperti katamu, aku pria brengsek. Saat Flody memberitahu kalau dia hamil, aku meminta untuk menggugurkannya. Namun, dia menolak." Kevan melihat langit-langit ruangan, ada penyesalan dari pancaran matanya. Embusan napas beratnya pun sampai tertangkap oleh telinga Rocky.
"Lalu apa yang terjadi setelah itu?"
Ada raut senang yang terulas tipis di wajah Kevan. Pria itu tersenyum karena Rocky mau meresponsnya. Hal yang sangat langka bagi Kevan. Alasannya, memang Rocky sangat sulit untuk diajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain Season 1 (END)
Fiksi RemajaAfter Rain. Kisah para remaja dengan segala luka dan tawanya. ___ Btw, cerita ini series panjang ber-season. Kalo mau ngikutin ceritanya sampe tamat bareng author, pintu terbuka lebar. Kalo enggak, mending mundur dari awal. ✌️ ___ Keterangan: Gambar...