🍁 After Rain Chapter 74 🍁

6 3 0
                                    

🍁 After Rain Chapter 74 🍁

🍁 Sekolah mulai sepi, Mas Krey mulai digerogoti kebosanan. Lantaran rekan-rekan supir yang biasa bermain tenis serta bulutangkis di lapangan dekat area parkir sudah beranjak pulang, Mas Krey jadi sendirian menunggu.

Pria itu mengangkat lengan kiri, mengecek detik waktu pada arlojinya, pukul 13.00. Detik itu juga, Mas Krey dikejutkan oleh deringan ponselnya, telepon dari Arin.

"Hallo, Mas Krey. Maaf ya Mas Krey, lupa bilang. Hari ini aku dan Judhy main ke rumah temen, dan kemungkinan pulang sore atau enggak malem. Jadi Mas Krey balik saja, ya? Sampai ketemu besok, Mas Krey ganteng ...."

Tut!

Belum sempat Mas Krey mengeluarkan sepatah kata, telepon sudah dimatikan sepihak oleh Arin.

"Dasar anak remaja." Mas Krey menggeleng memaklumi.

Mas Krey: Kalau mau pulang, hubungi Mas Krey, ya. Nanti Mas Krey jemput.

Arin: Oke

Tanpa curiga, Mas Krey pun masuk mobil setelah membaca pesan balasan dari Arin.

Sementara di atap gedung, Arin langsung mematikan ponsel agar tidak bisa dilacak. Begitu juga dengan yang lain.

Prima cs dan Arin sepakat menunggu kelima gadis bangun dari tidur. Alasannya, mereka tidak mungkin membawa kelima gadis dalam keadaan seperti itu, tidak akan sanggup. Akhirnya, mereka pun memindahkan kelima gadis ke sisi barat rooftop untuk menghindari terik matahari.

"Kita beneran nunggu mereka bangun?" tanya Alinzy, lalu menguap, kantuk menyerangnya.

"Iyalah, Zy. Tadi kita sudah coba bangunin mereka kan? Dan hasilnya? Mereka tetap tidak bangun," balas Avril.

"Kalau kalian berdua mau pulang, pulang saja."

"Eh? Eng-enggak kok, Prim. Lagian di rumah juga ngapain, enggak ada orang juga selain Bibi sama tukang kebun. Paling ujung-ujungnya rebahan atau enggak main medsos," timpal Alinzy.

Prima mengangguk sekali menanggapinya. Lalu memutuskan mendekati Arin yang duduk memangku kepala Judhy. Prima duduk di samping kiri Arin, dan desahan berat keluar dari mulutnya.

"Sebenarnya ada masalah apa sampai dia berani menyentuh barang seperti itu, Rin?" tanya Prima pada Arin.

"Dia tidak diizinkan ayahnya lanjut ke SSM. Ayahnya ingin dia lanjut ke SMA HarBa, tapi dia tidak mau."

Prima mengangguk mengerti. Sebagai anak dari kalangan berada, kerap kali dituntut patuh sepenuhnya perintah orang tua, memang sudah bukan hal aneh lagi. Kasarnya, mereka seolah hidup hanya untuk memenuhi keinginan para orang tua tanpa bisa mengekspresikan keinginan sendiri.

Dan Judhy termasuk pada anak yang bernasib seperti itu. Hidupnya diatur sedemikian rupa oleh kedua orang tua seolah dia adalah robot tak punya hati. Apa lagi sebagai calon pewaris perusahaan orang tuanya, Judhy dituntut untuk bisa banyak hal. Namun, apa yang dilakukan sang ayah menurutnya sudah melampaui batas kemampuannya.

Belajar setiap hari, lalu di hari tertentu harus belajar musik, panahan, menembak, serta beladiri, membuat gadis itu sama sekali tak memiliki waktu untuk bersantai. Dia amat lelah dengan kehidupannya. Ditambah lagi dia kurang perhatian dari kedua orang tua, membuat gadis itu mudah saja terjerumus dalam pergaulan bebas untuk melampiaskan amarah serta rasa kesepiannya.

"Kau tahu Judhy melakukan self harm?"

Arin menoleh tak yakin. "Judhy melakukan ... Self harm?"

"Self harm apaan, Prim?" tanya Alinzy yang menguping pembicaraan mereka.

Avril di samping Alinzy berdecak. "Masa gituh saja kau tidak tahu, Zy?"

After Rain Season 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang