11 👼🏻

3.9K 179 8
                                    

"Vino pulang"

mama Vino yang awalnya ada di dapur pun langsung menghampiri anaknya yang ada di ruang tamu. "sendirian aja Vin pulangnya? gak sama Una?" tanya mamanya heran

"Vino gak sudi pulang bareng dia mah" balas Vino yang terlihat malas membahas bahas tentang Una.

gadis berambut pendek itu benar benar membuatnya jengah, tidak dirumah, tidak di sekolah Una terus mengekori dirinya. tidak hanya mengekori, tetapi dia juga selalu cari perhatian dengan Vino. bukannya jadi suka, Vino malah risih dan ilfeel sama kelakuan Una yang terus terusan kegatelan sama dia. masalahnya dia itu ngejar ngejarnya sampe pegang pegang Vino, dipeluk di rangkul, di gandeng. emang dia cowok murahan apa bisa dipegang pegang sembarangan.

"terus gimana hubungan kamu sama Jisya?" tanya mamanya tiba tiba ngebuat Vino terdiam sejenak

"baik" jawab Vino apa adanya karna dia bingung harus menjelaskannya seperti apa kepada sang mama

"Vino, mama pengen ngomong serius sama kamu"

Vino melirik kearah mamahnya yang saat ini sudah duduk diatas sofa. ia pun langsung mengambil tempat kosong di samping sang mama. bahkan sebelum berbicara saja, Vino sudah bisa menebak apa yang akan mamanya itu bicarakan.

"mama kecewa sama kamu Vino. mama gak cuman marah karna kamu udah ngehamilin Jisya, tapi mama kecewa karna kamu lebih milih nurut sama papa kamu ketimbang bertanggung jawab sama Jisya. sebenernya kamu itu sayang atau enggak sih sama Jisya? kamu cuman nafsu doang sama dia?!"

Vino dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Vino cinta sama Jisya, banget malah. tapi kalau Vino lebih milih untuk bareng Jisya, kasian dia. Vino gak punya apa apa, jadi Vino pikir lebih baik lulus S1 dulu supaya bisa dapat kerjaan yang layak" jelas Vino

"bukan seperti itu cara berfikirnya Vino. kamu memikirkan pendidikan mu sendiri tanpa memperdulikan Jisya. memangnya kamu fikir cuman kamu doang yang mau kuliah? mama yakin Jisya pun pasti pengen kuliah. tapi karna bayi itu, dia aja belum tentu bisa lulus SMA. apa kamu gak mikir sampai kesana? lama kelamaan kamu itu semakin egois Vino, sama kaya papa kamu!" Bentak Tiffany membuat Vino menunduk dan merasa tertampar saat mendengar perkataan mama nya

Vino semakin merasa bersalah pada Jisya saat ia teringat dengan ucapan gadis itu yang mengatakan, dia sangat berharap bisa kuliah di UGM bersama Vino. tapi sekarang, semuanya hanya angan Jisya. ia tidak bisa mewujudkan keinginannya karena nafsu Vino yang tidak tertahan.

"apa kamu lupa, mama kamu ini juga perempuan? sama kaya Jisya, mama bisa ngerasain gimana beratnya mengandung tanpa ada suami. papa kamu pun dulu sering ninggalin mama yang lagi hamil buat dinas diluar negri. mama tau betul rasanya berjuang sendirian Vino, dan mama gak mau Jisya ngerasain hal itu juga. mau suka atau enggak, pokoknya kamu harus tanggung jawab! nikahin Jisya!" tegas Tiffany

"tapi papa gimana ma? jujur, Vino memang bener bener bergantung sama uang papa. Vino emang gak akan bisa hidup tanpa harta papa"

"kamu itu laki laki atau bukan? uang bisa dicari, kamu bisa kerja. banyak pekerjaan diluar sana dan itu bukan alasan untuk kamu gak nikahin Jisya. itu resiko kamu sendiri, tapi kamu malah ninggalin tanggung jawab kamu gitu aja dan ngebiarin jisya nanggung semua ini sendirian. mama bener bener gak habis pikir sama jalan pikiran kamu Vino. mama bener bener kecewa sama kamu" Tiffany kemudian beranjak dari sofa

"jangan pernah bicara sama mama sebelum kamu ngambil keputusan yang tepat. mama bener bener malu karena gagal ngedidik anak laki laki yang gak mau bertanggung jawab kaya kamu" setelah mengatakan itu, Tiffany meninggalkan Vino yang terus mematung di sofa

Vino menangis, merasa bodoh karena telah meninggalkan Jisya dan anaknya. lebih parahnha ia bahkan sudah membuat mamanya kecewa sampai sampai tidak mau berbicara dengannya lagi. satu persatu orang yang Vino sayangi mulai meninggalkannya sendirian karena keputusan egoisnya.

namun sekarang, Vino telah sadar. dia harus memperbaiki semua ini sebelum terlambat. dia akan mulai memperbaikinya dengan meminta maaf pada Jisya terebih dahulu, lalu kemudian berbicara dengan sang papa.

••

tokk tokk!

Vino terus berusaha mengetuk pintu tersebut sampai 5 menit kemudian, seseorang akhirnya membukakan pintu untuk Vino.

"Halo bang-"

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Juna kalap, ia menghajar Vino dengan membabi buta tanpa berniat memberikan Vino sedikit ruang untuk bernafas. Juna menggeram marah seraya menarik kerah Vino.

"Bajingan lo!" bentak Juna

"ANJING! ANJING!"

BUGH!

BUGH!

Juna kembali melayangkan tinjunya pada wajah Vino berkali kali sampai sampai wajahnya dipenuhi dengan memar kebiruan bekas pukulan Juna.

"Berani berani nya lo datang kesini!" Juna masih setia mencengkram kerah baju milik Vino

"Jisya.. Dimana Jisya?" tanya Vino sambil berusaha menahan rasa sakit pada ujung bibirnya yang sepertinya juga robek karena tinju Juna

"gara gara lo! ini semua gara gara lo anjing! adek gue diusir!" bentak Juna seraya menatap tajam Vino

"K-kemana? Jisya pergi kemana?" tanya Vino seraya menatap Juna dengan tatapan memelas harap harap Juna mau berbaik hati memberitahukan keberadaan Jisya kepadanya.

"Gausah sok perhatian sama Jisya! adek gue gak butuh bertanggung jawaban dari laki laki banci kaya lo!" ejek Juna

"bang.. gue mohon, gue harus ketemu Jisya sama anak gue-

BUGH!

BUGH!

"JUNA!"

Vino tersenyum kecil saat melihat mama Jisya datang dan menghentikan Juna yang hendak memukulnya lagi. ia bahkan sudah tidak bisa merasakan wajah tampannya lagi karna memar sudah nyaris menutupi seluruh wajahnya.

"cukup Juna. dia bisa bisa mayi, kamu mau masuk penjara hah!" ucap dara memperingatkan Juna

Dara tahu betul betapa marahnya Juna saat mengetahui adiknya itu dihamili oleh Juna, dan diusir oleh papanya. ketakutannya selama ini bukan tanpa alasan, tetapi ia ingin benar benar melindungi adiknya itu karena ia sudah curiga dengan Vino sejak ia dengan kurang ajarnya mencium bibir Jisya waktu itu.

"biarin aja ma! biarin aja dia mati!" bentak Juna yang hampir melayangkan tinjunya lagi, namun dengan cepat dara menahan lengan putranya.

"mau apa kamu kesini?" kini giliran dara yang bertanya pada Vino

"saya mau ketemu Jisya tante.. saya mohon saya mau tanggung jawab, saya janji bakal nikahin Jisya" mohon Vino yang kini sudah berlutut di hadapan dara

"kita gak tau Jisya dimana. dia pergi gitu aja setelah diusir sama papa nya" jelas dara tanpa ada niat sedikit pun menyuruh Vino untuk berdiri

"lebih baik kamu pulang. jangan buang buang waktu kamu disini, Jisya gak akan pernah kembali lagi" setelah mengatakannya, dara langsung masuk kedalam rumahnya meninggalkan Vino yang masih betah berlutut di tanah

"tante.. saya mohon, kalian pasti tau dimana Jisya"

Juna dengan cepat menendang Vino yang hendak mengejar mamanya. "jangan pernah berani berani nya lo datang kesini lagi! sebelum lo bisa nemuin adek gue!" tegas Juna yang kemudian ikut menyusul sang mama masuk kedalam rumah

Vino yang tersungkur di tanah pun perlahan lahan mulai berdiri lagi menahan rasa sakit pada wajah dan dadanya. pukulan dan tendangan Juna bukannya main main, tapi ini benar benar sakit. Juna memukul seperti orang kesetanan, namun bukan salah Vino yang tidak mencoba melawannya karena ia memang pantas menerima semua pukulan itu.

accident baby ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang