Jisya tiba tiba aja pingsan ditengah tengah upacara. kepala dia pusing banget, selama dibarisan bahkan dia sempet bolak balik ke toilet buat muntahin sarapannya tadi pagi. perasaan Jisya gak masuk angin atau maag, tapi entah kenapa perutnya bergejolak dan membuatnya ingin terus terusan muntah.
alhasil dia pingsan karena perutnya kosong. Jisya digotong sama anak anak pmr pakai tandu ke UKS.
sesampainya di dalam dia langsung dibaringkan dan dibiarkan menghirup minyak kayu putih. syukurnya tidak sampai 5 menit Jisya akhirnya tersadar dari pingsannya."syukurlah kamu udah bangun" Jisya melihat sekitarnya. ia melirik kearah Lily yang berdiri di sisi ranjang UKS
"puji tuhan! akhirnya lo sadar juga Jisya, gimana keadaan lo sekarang?" pekik lily merasa senang melihat sahabatnya itu akhirnya sadar
"pusing, lemes" lirih Jisya
"kamu belum makan ya tadi pagi? kamu keliatan pucat bamget" ucap seorang penjaga UKS saat melihat wajah Jisya yang pucat dan berkeringat di dahinya
"saya udah makan kok kak. cuman tadi mual mual" jelas Jisya membuat penjaga UKS itu mengangguk paham
"kalau keadaan kamu beberapa hari kedepan masih belum membaik, mending periksa kedokter deh" saran sang penjaga UKS
"kayanya ada sesuatu sama kamu" sambungnya dan hanya dibalas anggukan oleh Jisya
"JISYA!"
"Jisya mana?!"
Lily mendengus melihat Vino yang baru aja datang nyamperin pacarnya. "telat lo" sinis lily
Vino mengabaikan Lily dan langsung mendekat kearah Jisya. ia menggegam tangan Jisya, kemudian mengusap usapnya.
"apa yang sakit hm? kita kedokter ya?" Tawar Vino yang terlihat cemas saat melihat wajah pucat Jisya
Jisya menggeleng lemas. "Aku gak papa kak.. cuman pusing dikit" ringis Jisya seraya memegangi kepalanya
"kamu gausah ikut pelajaran habis ini ya, istirahat aja di UKS. pulang sekolah kita langsung ke dokter oke? muka kamu pucat banget sayang, aku khawatir" Vino menatap sedih kearah wajah Jisya seraya mengusap usap pipi sang kekasih yang terlihat semakin gembil
"mungkin Jisya cuman kekurangan darah, ntar gue coba kasih obat penambah darah dulu. kalau misalnya gada perubahan, mending lo bawa kedokter aja vin" jelas si penjaga UKS kepada Vino
setelahnya Jisya benar benar diberikan obat penambah obat penambah darah oleh si penjaga UKS setelah itu dibiarkan beristirahat disana ditemani oleh Lily yang setia menjaganya.
Hingga jam pulang sekolah pun tiba, Vino langsung buru buru berjalan menuju ke UKS untuk menjemput Jisya. sesampainya disana, ia melihat Jisya yang terlihat masih terbaring lemas diatas ranjang UKS.
"kak vino, kayanya jisya dibawa kedokter aja deh. daritadi gak ada perubahan, malah makin lemes dianya" lapor Lily
Vino tanpa disuruh pun dia memang sudah mau membawa Jisya ke dokter. tanpa membuang buang waktu lagi, Vino langsung menggendong jisya ala bridal style kemudan membawanya menuju ke parkiran.
Vino sempat menghubungi supirnya tadi untuk menjemput mereka disekolah. pasalnya mana mungkin Vino pergi ke dokter bersama Jisya yang sudah melemas menggunakan motor. keadaan Jisya bisa bisa tambah memburuk Jika ia dibawa dengan motor.
"pak langsung ke rumah sakit aja" perintah Vino pada sang supir
ia menyenderkan Jisya dipundaknya membiarkan gadis itu mencari tempat nyaman di ceruk lehernya.
"kak.. pusing, mual.." rintih Jisya saat merasakan kepalanya kembali sakit
"sebentar lagi ya sayang, tahan sedikit lagi kita sampe ke dokter" balas Vino seraya mengusapi kepala Jisya
Pak supir membawa mereka kesebuah rumah sakit terdekat. tidak bisa dibilang rumah sakit, ya semacam klinik terdekat disana. sesampainya disana, Vino langsung menggendong Jisya masuk kedalam dan meminta dokter untuk segera memerika Jisya yang sudah melemas.
"kak.." panggil Jisya sambil berbisik
"Ada apa ini?" sang dokter pun masuk dan langsung mendekat kearah Jisya
"dokter ini pacar saya kok pucet banget. dia ngeluh pusing terus mual mual dari tadi" ujar Vino mengadukan keadaan Jisya pada sang dokter
dokter tersebut kemudian memakai stetoskop miliknya dan mulai mengarahkannya pada dada, kemudian perut Jisya. dokter itu terhenti sebentar di perut Jisya kemudian melepaskan stetoskopnya.
"Berapa umur pacar kamu?" tanya dokter itu pada Vino
"dok, umur gak penting. yang terpenting sekarang pacar saya segera ditangani" jawab Vino yang malah tidak menjawab pertanyaan dokter tersebut
"kamu, pakai ini dulu" dokter itu tiba tiba saja menyerahkan sebuah testpack kepada Jisya membuat Vino seketika membeku.
"dok pacar saya-"
"hanya memastikan" potong sang dokter sebelum Vino berbicara. Jisya dengan dibantu dokter perempuan itu pun mulai masuk kedalam kamar mandi untuk memakai benda bernama testpack itu
Jisya menggunakannya, sesuai dengan instruksi yang tertera di kotak testpacknya. setelahnya pun ia keluar dari toilet lalu memberikan testpack miliknya kedapa dokter.
Vino dengan cepat langsung meraih Jisya dan mulai membantunya untuk kembali berbaring diatas brankar. Vino melirik kearah sang dokter yang sepertinya tengah menunggu hasil testpack itu keluar.
Vino sudah siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun. namun Jisya mungkin tidak.
"Jisya, berapa umur kamu?" tanya dokter itu pada Jisya
"t-tujuh belas" cicitnya
"umur kamu masih terlalu muda. bahkan bisa dibilang belum cukup umur untuk mengandung, tubuhmu terlalu lemah-"
"s-saya hamil dokter?" ulang Jisya tidak percaya
Vino yang mendengarnya pun turut menghela nafas beratnya. "Sayang, kita dengerin kata kata dokter dulu ya"
"kakak.. aku hamil? jadi didalam sini ada dedek bayinya?" tanya Jisya yang masih sempat sempatnya bertanya pertanyaan bodoh semacam itu
untung Vino sabar. "iya sayang, itu bayi kamu sama kakak. bayi kita, hasil dari rasa cinta kita berdua" jelas Vino dengan bahasa yang sebisa mungkin bisa diterima oleh Jisya
"kamu tau apa resiko mengandung di usia muda kaya gini? bayi atau ibunya bisa aja gak selamat"
Vino terdiam mendengar resikonya. apakah dia harus mengugurkannya demi menyelamatkan Jisya. Vino tidak mau kalau sampai harus kehilangan gadis itu, apalagi ini adalah kesalahannya.
fikirannya terlalu pendek dan diperbudak nafsu. ia bahkan tidak pernah berfikir Jisya bisa hamil, padahal mereka baru saja berhubungan lagi minggu lalu tapi kenapa cepat sekali jadinya.
Vino mau bersyukur karna ternyata kualitas sperma nya itu luar biasa menganggumkan. tapi disisi lain ia merasa kasiihan dengan Jisya karna mau bagaimana pun, Jisya lah yang paling dirugikan disini.
"Tapi dokter, saya kepengen bayi ini selamat" ujar Jisya seraya mengusap usap perutnya yang masih rata
"enggak sayang. jangan bahayain diri kamu sendiri, aku gak mau kamu kenapa kenapa" Vino bersuara tidak menyetujui Jisya
"saya mohon maaf karena harus mengatakan ini. tapi kemungkinan keduanya untuk selamat itu- sangat kecil. bayi itu bisa saja tidak selamat jika kandungan jisya melemah, tetapi semoga saja semua nya lancar sampai persalinan dan Jisya bisa melahirkan bayi ini dengan selamat"
jantung Vino seakan berhenti berdetak mendengarnya. berarti bayi itu harus mati sebelum waktunya Jisya melahirkan nanti, atau dia akan kehilangan Jisya selamanya.
"tetapi saya tidak pernah menyarankan kalian untuk mengugurkannya apalagi mengaborsinya. saya sarankan, lebih baik Jisya merawat kandungannya terlebih dahulu dan setelah itu serahkan segalanya pada tuhan" jelas sang dokter membuat Jisya hanya mengangguk paham, entah kenapa ia merasa begitu tenang, Jisya justru merasa senang dengan kehadiran bayi ini di perutnya
"ini resep obat dan vitamin yang dibutuhkan untuk Jisya" Dokter menyerahkan secarik kertas yang berisi resep yang tadi ia tulis
setelah mendapatkan resep obat tersebut, mereka berdua pun keluar dari ruangan dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident baby ✔️
Fiksi Penggemargaya pacaran Jisya dan Vino yang ngebuat mereka berakhir menjadi orang tua. "aku hamil? jadi didalam perut aku ada dedek bayinya dong kak?" -bahasa baku & non baku -lowercase -lokal -beberapa chapter mengandung🔞 cast: •Kim Taehyung as Vino Adytama...