The Library Employees

79 8 0
                                    

Kala itu, saat perpustakaan baru dibuka beberapa menit, Bu Sri memulai pekerjaannya di meja administrasi. Ia mencatat di sebuah buku.

Bu Sri memanggil, "Nabil! Bukumu yang kemarin belum dikembalikan ya!"

Nabil buru-buru membawa bukunya menuju meja administrasi. Namun, ketika dia melemparkan bukunya ke meja, bukunya mengenai kacamata Bu Sri, membuat kacamata tersebut jatuh ke lantai. Nabil langsung membantu mengambilkannya.

Bu Sri melirik kacamatanya di bawah dengan pandangannya yang kabur. "Heleh... kacamata saya itu."

Nabil menggigit bibirnya, merasa cemas karena perbuatannya telah membuat Bu Sri marah. Dia berdiri, menyesap napasnya dengan hati-hati seolah-olah menelannya ke dalam kerongkongan yang kering. Wajahnya memerah, sepertinya dia ingin mengucapkan sesuatu namun dia ragu-ragu.

Nabil dengan sigap menuju balik meja, ia berlutut, mengambil kacamata Bu Sri dan mengembalikannya. "Ini Bu. Maaf ya."

Bu Sri menatap Nabil dengan pandangan tajam, "Maaf-maaf, kalau pecah gimana?!"

Nabil menunduk, merasa bersalah, "Hehe."

***

Detektif Arya, dengan tegap serta ekspresi yang sangat serius, berdiri di tengah ruangan. "Baik, terima kasih Ibu atas--"

Rio memotong pembicaraan Detektif Arya dengan suara tajam, "Bapak sudah cek meja-mejanya, Pak? Tidak ada barang-barang mencurigakan?"

Detektif Arya menatap Rio dengan sedikit kebingungan, namun tetap menjawab dengan penuh keyakinan. "Kami sudah memeriksa semuanya, dan tidak ada yang mencurigakan."

Nabil, dengan nada membela, berbicara, "Pikir lagi, coba. Seorang wanita paruh baya seperti Bu Sri ini tidak mungkin melakukan sesuatu yang keji seperti itu."

Rio, dengan suara agak sinis, menanggapi Nabil, "Iya, siapa tahu. Kan sama lu di depan meja sana."

Nabil merasa tersinggung oleh tuduhan Rio dan dengan penuh emosi ia menjawab, "Jadi, lu nuduh gua?"

Rio tetap tenang dan menjelaskan dirinya, "Iya, siapa tahu. Gua kan cuman nanya."

Detektif Arya, yang ingin mengembalikan ketertiban, memutuskan untuk menenangkan situasi. "Sudah, sudah, tenang, ya. Meja di depan sudah kami periksa, dan hasilnya aman. Kemudian, halaman belakang, Bapak..."

Pak Rahman berusaha menjelaskan dengan kekhawatiran dan ketegangan yang melanda dirinya,

"Saya, asyik dengar lagu pakai headphone di kuping saya, ngambil beberapa kantong plastik dari tempat sampah dan memasukkannya ke dalam trashbag yang saya pegang. Saat itu, Damar, Nabil, Seno lewat.

'Wiiii....!' kata Damar sambil joget.

Saya nyanyi, 'Memang kau tercipta bukan untukku... Woohooo.!'

Habis itu, saya buka pintu belakang perpustakaan, bawa trashbag dengan hati-hati sambil digeser. Saya ke kanan, ke tong sampah besar buat buang trashbag. Habis itu, truk sampah datang."

Detektif Arya menatap tajam ke arah Pak Rahman, "Tetapi, Anda yang keluar lokasi saat--"

Pak Rahman, dengan emosi yang memuncak, menyela perkataan Detektif Arya, "Tapi Pak, kan saya sudah bilang hanya buang sampah saja. Sumpah! Tidak ada yang lain."

Detektif Arya berusaha tetap tenang. "Baiklah, kami pun sudah memeriksa seluruh halaman belakang, dan semuanya aman-aman saja."

Pak Charlie mencoba memberikan penjelasan, "Tapi, kan biasanya truk sampah ambil sampahnya--"

Pembunuhan 3 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang