Di halaman belakang perpustakaan, Pak Rahman duduk di tangga dengan headphone yang tergantung di lehernya. Beberapa polisi berjaga di sekitarnya. Sambil menghisap vape-nya, Pak Rahman menikmati momen sejenak. Namun, langkah kaki bersepatu pantofel tiba-tiba terdengar dari pintu belakang. Detektif Arya dan beberapa polisi datang untuk memeriksa lokasi.
Detektif Arya menemui Pak Rahman yang duduk tenang di tangga halaman.
"Yang sering keluar masuk pintu belakang ini siapa, Pak?" tanya Detektif Arya dengan wajah serius.
Pak Rahman menjawab dengan yakin, "Tidak ada sih, saya saja. Yang pegang kunci pintu belakang juga hanya pegawai perpustakaan."
Detektif Arya mencatat informasi tersebut sambil melihat sekeliling dengan perhatian.
"Bapak menggunakan pintu belakang ini untuk membuang sampah, benar?" lanjut Detektif Arya.
Pak Rahman menganggukkan kepala, "Betul, Pak Detektif."
Detektif Arya ingin memperoleh lebih banyak informasi, "Biasanya jam berapa saja, Pak?"
"Pas baru buka. Ehh, pas jam istirahat siang. Dan pas mau pulang. Kadang juga kalau mahasiswanya ramai, saya beres-beres sejenak," jawab Pak Rahman sambil terus menghisap vape-nya.
Terus mencari tahu, Detektif Arya bertanya lagi, "Terus sampahnya nanti dikemanakan, Pak?"
Pak Rahman menjelaskan, "Ada truk sampah yang datang setiap pagi, tidak lama setelah perpustakaan baru buka, sekitar jam setengah sembilan lah."
Detektif Arya menyimpulkan, "Jadi, tadi setelah Bapak selesai membersihkan di sini, langsung ada kejadian seperti ini, Pak?"
Pak Rahman terlihat ketakutan saat menjawab, "Betul, Pak. Saya juga heran. Kok bisa ada kejadian seperti ini."
Detektif Arya mencatat informasi yang penting di catatan kecilnya.
Pak Rahman ketakutan, "Pak, sumpah bukan saya! Saya tidak tahu apa-apa soal kejadian pembunuhan ini, Pak. Sumpah demi apapun tadi saya hanya beres-beres saja!"
"Baiklah, Pak. Tenang saja. Terima kasih atas keterangannya," kata Detektif Arya sambil meninggalkan Pak Rahman.
Detektif Arya bergerak maju dan bergabung dengan timnya.
"Bagaimana, tim? Sudah selesai?" tanya Detektif Arya kepada anggota timnya.
"Siap sudah," jawab salah satu polisi.
"Lanjut masuk," perintah Detektif Arya.
Detektif Arya dan timnya kemudian melangkah kembali masuk ke dalam perpustakaan untuk melanjutkan penyelidikan.
***
Detektif Arya masuk ke dalam perpustakaan. Ia berjalan hendak menghampiri satu per satu tersangka, kebetulan dari kamar kecil, Si Gamer, seorang pemuda dengan kacamata yang masih basah, berpapasan dengannya.
"Hei! Dari mana tadi?" tanya Detektif Arya.
Si Gamer, yang dikenal dengan nama Rio, menjawab sambil menyeka kacamata yang kabur, "Toilet, buang air."
Detektif Arya melihat sosok Rio dari atas ke bawah dengan tatapan tajam. "Bisa bicara sebentar?" ajak Detektif Arya.
"Oh, ya," jawab Rio setuju.
Detektif Arya pun melanjutkan pertanyaannya, "Namamu siapa?"
"Rio, pak," kata Rio dengan sopan.
Dengan wajah yang serius, Detektif Arya mengulang pertanyaannya, "Baik, Rio. Apakah Anda sering datang ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan 3 Menit
Misterio / Suspenso".... Saya yakin pembunuhnya adalah orang yang sangat jenius dan kuat, sehingga bisa mengeksekusi pembunuhan seperti ini ...," tegas Detektif Arya. Tempat terhening, perpustakaan menjadi kasus pembunuhan paling misterius dan sulit sepanjang karir De...