The Poet and The Math Student

82 5 0
                                    

Sinta duduk di meja J-1, dengan buku-buku yang tersebar dan bertumpuk di atasnya. Ia membaca dengan penuh konsentrasi, tenggelam dalam dunia ilmu pengetahuan.

Dari arah meja admnisitrasi, Bu Sri memanggil, "Nabil! Bukumu yang kemarin belum dikembalikan ya!

Sinta masih terus fokus pada bacaannya, sesekali memejamkan mata untuk menghafal rumus-rumus yang dipelajarinya. Ia semakin tenggelam dalam pembelajarannya, memusatkan perhatian sepenuhnya.

Tiba-tiba, suara teriakan memecah keheningan perpustakaan.

"Hei...!" teriak Damar.

Sinta membuka matanya dengan kaget, memalingkan pandangannya ke arah suara yang berasal dari pojok perpustakaan.

***

Sinta duduk dengan penuh kesombongan serta menyilangkan kedua tangannya. "That's it. Tidak ada sanggahan. Tidak ada yang protes? Hah?"

Sejenak keheningan terjadi.

Suasana di perpustakaan menjadi tegang ketika Nabil mengajukan pertanyaan. "Yakin hanya terfokus pada buku?"

"Maksud lo?" tanya Sinta.

Nabil menatapnya dengan tatapan tajam, "Di dalam buku itu ada apa?"

Dari arah bersebrangan, Damar mencoba berbicara kepada Nabil tanpa suara, "Lah kata lu disuruh diem anjing! Lu sendiri--"

"Tidak ada apa-apa. Benar kan, Pak Detektif?" Sinta menatap Detektif Arya.

"Betul,, tidak ada apa-apa. Semuanya aman," jawab Detektif Arya.

Nabil menekankan pertanyaannya kembali, "Yakin?"

Semua orang terheran-heran, menatap Nabil dan Detektif Arya dengan serius.

"Yakinkah? Sudah dicek semuanya?" tanya Nabil kepada Detektif Arya.

Sinta menjawab dengan penuh emosi, "Lu sendiri kan yang ngecek buku gue juga. Gak ada yang aneh juga."

"Yap. Memang tidak ada barang yang mencurigakan," lanjut Nabil.

"Lalu apa masalahnya?" tanya Detektif Arya.

Nabil dengan tegas bertanya lagi, "Saya tanya sekali lagi kepada Anda Pak Detektif, apakah Anda benar-benar memeriksa seluruh bukunya?"

Detektif Arya berdiam, tidak menjawab pertanyaan Nabil.

"Apakah Anda tahu ada tempat penyimpanan barang-barang kecil di bukunya dia?" lanjut Nabil.

Detektif Arya ragu-ragu menjawab, "Hmmm... Mungkin saya melewatkannya--"

"What?! ME-LE-WAT-KAN-NYA?!" Nabil mengatakannya dengan nada yang keras.

Sinta dengan emosi membalas, "Lu mau apa sih? Lu kan udah nemu barang-barang rahasia gue. Dan gak ada yang aneh juga."

Nabil mengeluarkan kartu ATM dari kantong kemejanya. "Lalu ini apa?"

Semua orang terkejut melihat barang yang dipegang oleh Nabil.

Detektif Arya kebingungan, "Kartu? Kartu ATM? Kartu kebutuhan yang lain?"

Nabil menekan tombol kartu ATM, kemudian mata pisau keluar dari ujung kartu ATM itu.

"Ini yang aneh. Bisa membunuh manusia yang tidak bersalah."

Semua orang terkaget melihatnya.

"Hah?!" teriak Pak Rahman.

"Bagaimana bisa?" sahut Pak Charlie.

Rio mengutarakan kekesalannya, "Jangan mentang-mentang lu cakep, pinter--"

Pembunuhan 3 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang