Dua Peran

98 8 0
                                    

Bayangan seseorang dengan jaket hoodie menutupi wajahnya. Aku sedang sibuk memberi makan kepada kucing-kucing jalanan di bawah lampu jalan yang berwarna kuning keemasan. Pandanganku tertuju padanya.

"Mohon maaf, ada yang bisa saya bantu?"

Orang itu mengendorkan hoodie-nya, dan ternyata dia adalah David.

"Mungkin Anda yang perlu bantuan?" ucapnya.

"Maaf, Anda siapa ya? Maksudnya juga saya tidak mengerti."

"Karir," katanya.

Aku terkejut dan berdiri. Mengapa dia menyebut kata itu.

"Karir Anda perlu diselamatkan, betul?" lanjutnya.

Aku kesal dan mengancamnya, "Saya bekerja di bidang yang menangani orang-orang kriminal. Anda jangan macam-macam ya!"

"Saya tidak akan macam-macam. Saya hanya mau menawarkan tawaran yang sangat menarik. Untuk... menyelamatkan karir Anda."

"Apa? Merawat kucing-kucing jalanan ini?" ejekku.

Dia hanya tertawa sedikit, "Haha, tidak, bukan bukan."

Aku menunjuk wajahnya dengan tegas. "Kenapa Anda begitu peduli dengan karir saya? Hah?!"

David hanya menundukkan kepalanya sambil tertawa. Melihat tingkahnya, aku kesal dan berjalan meninggalkannya.

"Fayez Sastra Waditra," ucap David.

Mengapa dia menyebut nama itu? Nama yang diincar satu negara sekaligus musuh terbesar dalam karirku.

Aku terhenti dan kemudian berbalik, mendekati David.

"Kenapa nama itu disebut? Dia sudah menderita di dalam sel!" ucapku dengan emosi.

Dia membalas, "Memang. Dia adalah pembunuh bayaran paling kejam di negara ini. Yang ditangkap karena hasil dari tangan Anda."

"Ya, saya pun bisa menangkap Anda sekarang juga!" bentakku.

Dia membalas lagi dengan nada yang sinis, "Tapi karir Anda akan hancur, right? Dari kasus yang Anda tangani, berapa yang berhasil? Sedikit, kan? Kalau pun mau menangkap saya, silakan. Mungkin karir Anda yang akan hancur sekarang juga, karena menangkap orang tidak bersalah."

"Ya ya ya, entah siapa pun Anda, hacker, FBI dari Amerika, yang bisa tahu kehidupan saya--"

"Saya anaknya," tegasnya.

Aku terkaget, "Hah?!"

"Anak dari pembunuh paling kejam di negara ini."

"Dan? Mau membunuh saya? Ya ya ya silakan," ucapku dengan sedikit tertawa.

"Dari awal sudah saya bilang, saya ingin menyelamatkan karir Anda," tawarnya.

Aku menjadi bingung dan gelisah.

"Saat saya mengunjungi sel ayah saya, dia menginginkan anaknya untuk menjadi penerusnya," sambungnya.

"Ayah yang jahat dan kejam--"

Dia langsung memotong kata-kataku, "No no no no! Dia orang yang hebat, kuat, membasmi hama-hama yang ada di negara ini."

"Terserah," ledekku.

"Terakhir, soal penawaran tadi?"

Aku bertanya, "Apa penawarannya?"

"Anda adalah seseorang yang bertugas menangkap orang-orang jahat, pekerjaan yang mulia, bukan? Namun, apakah Anda tertarik untuk menjadi yang sebaliknya?"

Aku terdiam sesaat, mencoba mencerna kalimatnya.

"Memainkan dua peran sekaligus," lanjutnya.

David mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Aku sedikit bingung. Terdengar suara dalam pikiranku.

Pembunuhan 3 MenitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang