Pada suatu malam di parkiran basement sebuah mal, Damar berdiri di samping sepeda motor matiknya. Dia memandang sekeliling dengan tenang sementara Tya mendekatinya, mengenakan seragam SPG Make Up.
"Silakan untuk foundation dan eye shadow-nya kakak. Kita lagi ada promo diskon 20% loh," Tya tersenyum manis pada Damar.
Damar mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum sedikit, lalu memberikan helm pada Tya. "Kamu lucu sih, kamu. Nih, pake dulu helmnya."
Tya menerima helm dari Damar dan memasangkannya dengan senang hati. "Iya, lucu dong. Kan yang punya kakak Damar!"
Damar juga memasang helmnya dengan perlahan. "Dah gombalnya nanti lagi. Mau makan apa?"
Tya berpikir sejenak sambil tersenyum lebar. "Sate ayam paling enak."
Damar menggaruk kepalanya yang berambut pendek. "Tapi aku pengen--"
"Harus sate!" Tya langsung memotong omongan Damar.
Mereka berdua kemudian naik ke sepeda motor dengan penuh semangat.
"Ready?" Ancang-ancang Damar...
Damar dan Tya mengangkat tangan mereka dengan antusias.
"Gooooooo....!!!" teriak mereka berdua.
Motor pun meluncur dan melaju dengan cepat di basement mal yang gelap.
***
Mereka tiba di warung sate pinggir jalan yang sepi. Hanya mereka berdua yang duduk sambil menikmati hidangan sate mereka.
"Kok sepi ya?" ucap Tya.
"Udah tengah malem kali mau tutup," Damar melirik sekeliling dan mengangguk setuju.
"Skripsimu gimana? Lancar?" Tya menatap Damar dengan penuh perhatian.
Damar menyipitkan matanya, mencoba mengingat. "Iya gitu deh, ada progress, tapi agak lambat."
"Lah terus kapan selesainya?" Tya mengangguk tegas.
Damar merenung sejenak, lalu memberikan jawaban yang tulus. "Ya aku usahain secepatnya."
"Ya tuh biaya dari panti gimana?" Tya menggigit bibirnya dengan khawatir.
Damar menarik napas dalam-dalam, menunjukkan kekhawatirannya. "Kepala Panti Asuhan aku udah ngasih warning sih."
"Tuh kan!" Tya mengangguk, merasa sedih mendengarnya.
Damar menatap Tya dengan penuh perasaan. "Aku nggak mau nambah beban lagi buat mereka. Umurku juga udah segede gini, kalo udah kerja harus cabut dari panti."
Sejenak, suasana menjadi hening di antara mereka...
"Kamu tuh bertiga pagi-pagi ke perpus tuh sering banget ya, ngapain aja si?" tanya Tya.
"Ya nyari inspirasi sambil ngerjain skripsiku."
"Iya, cepaan lulus. Papahku ngomel-ngomel mulu pengen punya menantu." Tya mengerutkan keningnya dengan cemberut.
"Lah aku ini kan masih muda. Kamu juga," Damar tertawa kecil, menggelengkan kepala.
"Tapi kan aku cewek." Tya mengangkat bahunya dengan kesal.
"Iya, tapi kan aku ini masih kuliah, kerja aja belum. Gimana caranya mau nikah?"
"Au ah. Protes aja ke Papahku," Tya menggelengkan kepala, kesal dengan situasi ini.
"Dek, udah belum? Ini saya mau beres-beres dagangan, udah tengah malem!" ucap Pedagang Sate dari kejauhan.
Mereka bergegas dari tempat duduk, meninggalkan hidangan sate yang sudah selesai. Mereka melangkah menuju ke arah Pedagang Sate yang memanggil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan 3 Menit
Mistério / Suspense".... Saya yakin pembunuhnya adalah orang yang sangat jenius dan kuat, sehingga bisa mengeksekusi pembunuhan seperti ini ...," tegas Detektif Arya. Tempat terhening, perpustakaan menjadi kasus pembunuhan paling misterius dan sulit sepanjang karir De...