Chapter|04

7.1K 795 31
                                    

"Oc.." Samuel, melambai dari dalam lift agar Ocean mempercepat langkah. Dia menahan agar pintu lift tak menutup. Sam, rekan kerja satu periode dengannya yang sekarang juga menjabat kursi direktur. Ocean mengangguk dari kejauhan, sesekali menoleh ke belakang agar Cherry yang hari ini menemani si direktur rapat di luar tak ketinggalan.

Ocean mempersilakan Cherry masuk lebih dulu sebelum menyalami Sam yang memampang wajah cerah.

"Plis, jangan gagal lagi minggu ini" Sam menagih janji main tenis yang gagal minggu lalu. Dia bicara dengan Ocean tapi bola matanya melirik Cherry yang diam di pojokan. Tak luput dari perhatian Ocean.

"Okay. I'll make time, Sam."

Ocean berjanji. Samuel menjentikkan jarinya setuju, senyum tercetak di wajahnya. Sekali lagi melirik Cherry diam-diam hingga lift membuka di lantai 20. Cherry menoleh pada Ocean, hendak mempersilakan bosnya turun lebih dulu tapi Samuel menarik lengan laki-laki itu. "Kami mau merokok di rooftop." Cherry ber-ah ringan lalu menganggukkan kepalanya kecil sebelum turun. Tak lupa dia tersenyum pada dua laki-laki di dalam sana.

"Apa-apaan ini?" Ocean bersedekap tangan, menelisik tindakan Samuel tepat setelah pintu lift kembali menutup.

"Oh my God" Samuel berseru frustasi, seraya menyibak rambutnya yang rapi. "She is so cute, my mom will love her."

Ocean terperangah.

"Gue bahkan gak bisa sekedar PDKT atau nanyain nomor. Gue takutnya dia ternyata calon bos besar, Oc. Atau gue coba aja ya. Dari pada keduluan cowok-cowok mata keranjang lain? Atau gue harus noto ati dari sekarang aja ya, bro? Kalau dia ternyata bos besar kita, gue harus menghadapi patah hati nih kayaknya. Menurut lu gimana kawan?" Ocean sungguh ingin memampang muka"mana gue pikirin, bukan urusan gue."

Namun Ocean bisa merasakan dilema Sam saat ini hingga helaan nafas kesal yang keluar.

Sebab pernahkah, kamu merasakan hal yang seperti ini? Sejak pertama kali bertemu, hanya gadis itu yang terlihat di matamu. Dia terlihat menarik, tak peduli apapun yang dia lakukan dan dengan siapa dia berdiri atau baju model apapun yang dia kenakan. Pandanganmu akan menemukan dan tertuju pada gadis yang sama meski dia berada di antara banyak orang. Suaranya terdengar menyenangkan di telinga, dan sulit menjaga sikap profesional. Ocean bukan remaja baru jatuh cinta, yang seharusnya gugup saat sekedar berpapasan atau berdua dalam ruang yang sama. 10 tahun, sejak Ocean bekerja di perusahaan ini di usianya yang baru menginjak angka 23 dan untuk pertama kalinya dia merasa gugup karena seorang karyawati. Saat gadis itu masuk untuk menyerahkan laporan kemarin siang.

Ocean Karunasankara belum pernah se-salting ini di depan perempuan. Ocean jelas bukan laki-laki culun yang belum pernah pacaran atau tertarik pada lawan jenis. Gila saja, umurnya akan segera menginjak angka 34 tahun ini. Dia bahkan pernah menjalin hubungan dalam jangka waktu panjang dengan seorang perempuan bernama Sandra Kusuma. Meski akhirnya kandas, tapi intinya Ocean bukan seorang amatir dalam hal asmara. Ocean hanya sok cool sejak hari pertama. Padahal tak sabar untuk berangkat kantor tiap pagi sejak gadis itu diterima bekerja di perusahaan ini dan bibirnya gatal untuk sekedar menawarkan tumpangan tiap jam pulang kantor. Dia tidak dalam posisi bisa memberi saran atau menertawakan kegalauan Samuel. Ocean juga menaruh hati pada salah satu dari empat karyawati baru, yang sayangnya bisa jadi dia Gusti Sima Probowinoto. Calon bos besar mereka.

"Gila" desah Ocean tak sadar. "Menurut lu, gue gila?" Samuel bahkan tak menunggu jawaban Ocean. Dia mengangguk-anggukan kepala, menyadari kegilaannya sendiri. "Lu benar, gue gila. Lu udah denger kan, bahkan Robin dan Yuta gak kenal dengan bakal bos besar kita" Lift membuka, menghalangi percakapan duo direktur itu berlanjut.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang