Catatan Anom

4.5K 472 17
                                    

Laki-laki dalam balutan baju olahraga, memasuki halaman rumah lawas bergaya art deco. Bangunan khas zaman kolonial dengan cat putih, atap jingga bata dengan halaman dipenuhi tanaman bunga marigold kuning dan Jengger Ayam berwarna merah. Melewati air mancur dengan bunga teratai mengambang, laki-laki yang bekerja sebagai manajer Anom Aryakumara itu disambut undakan rendah menuju pintu masuk.

"Pagi, bu" laki-laki itu menyapa ibu dari Anom yang duduk di ruang keluarga dengan tiga anak perempuannya yang telah dewasa.

Weekend, anak-anak yang telah bekerja dan yang tertua bahkan telah menikah itu ada di rumah.

"Pagi, mas. Tolong bangunin Anom, mas. Nek ora latihan, kerjone ndekem wae ning kamar" Ibu Anom Aryakumara mulai mengomel.

"Inggih, bu."

"Buk, mesakne. Anom lagi patah hati."

Tawa ketiga mbak yu-nya terdengar hingga ke kamar Anom.

Si pembalap ganteng itu merengut kesal, melempar ponselnya ke kasur sebelum menutup kepala dengan selimut.

Oke, Anom tidak sedang patah hati karena ternyata selama ini dia naksir berat pada pacar kakak sepupunya sendiri. Anom cuma kesal karena ketiga mbak yu-nya kerap menggodanya setelah berita hubungan Gusti Sima Probowinoto dan Ocean Karunasankara diekspos media. Jika mendengar perjuangan anak sulung Budhe-nya, apalagi didramatisasi oleh media selama ini. Laki-laki mana pun tak akan berani bersaing. Ocean mendepak anak-anak dari Purnomo Motors dan Artomoro Group, dari daftar calon pendamping Gusti Sima Probowinoto. Tak hanya mendapatkan hati sang pewaris, Ocean memenangkan simpati dan dukungan masyarakat.

"Pengen dong diperjuangkan sama mas Ocean" caption berseliweran di media sosial yang digunakan para perempuan.

"Kalian ini kok seneng godain adik kalian toh" ibunya membela di luar sana. "Anom ini kalah ganteng dari mas Ocean, buk" kepala Anom mulai mengepul, mbak yu-nya yang paling tua pasti sengaja mengeraskan suara agar dia mendengar. "Adikmu ini dinobatkan sebagai laki-laki paling tampan dan seksi loh sama beberapa majalah" sekali lagi, ibunya membela."Gak ngerti aku, seko endine" sahutan mbak-yu yang lain kembali terdengar disusul tawa mereka bertiga.

"Wes toh. Berangkat car free day sana."

Ibunya mulai terdengar kesal.

"Mas Anom.. Ada tawaran BA dari merk handphone. Saya kesini soalnya mas Anom gak angkat telpon dari kemarin."

Baru lah Anom melempar selimut, keluar dari kamar saat tak mendengar suara mbak yu-nya. Tampak si ibu duduk dengan secangkir teh. Perempuan lembut itu tersenyum, mengisyaratkan Anom untuk duduk. Manajer laki-laki itu turut duduk, meletakkan kontrak kerja di depan Anom.

"Anom kan juga BA perusahaan pesaing mereka. Apa bisa begitu?" Anom bahkan belum sempat membuka halaman kontrak yang dibawa manajernya. "Iya, tapi bukan merk handphone..bu."

"Oh.." ibunya bergumam, melirik anak bungsunya yang terlihat ogah-ogahan. Ogah hidup, ogah mati. Si ibu menepuk-nepuk pantat Anom di depan manajernya seolah anak bungsunya itu masih anak-anak. Anom menoleh, ingin menjerit saat itu juga mendengar kalimat hiburan dari ibunya. "Gak apa-apa nak, semua perempuan di dunia ini bisa menganggap mas-mu yang paling keren atau paling ganteng. Buat ibu.. mas Anom yang paling ganteng."




"IBUUUU...PLIS DEH."

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang