Chapter|07

6K 756 31
                                    

Ocean Karunasankara, berdiri terpana di depan pintu kamar hotel. Laki-laki itu otomatis berdiri tegak setelah sejak tadi menyandar pada pintu menunggu karyawatinya di kamar sebelah dengan perasaan hati tak nyaman.

Tak berselang lama kemudian, Tesha keluar dari kamar hotelnya dalam balutan coat dress berwarna ivory dengan rambut digelung rendah. Simple yet sophisticated, and most importantly her face completes the fashion. She looks like an angel.

[Tesha's OOTD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Tesha's OOTD. Source: http://www.katescloset.com.au]

"Maaf, cuma ini baju paling cocok untuk pesta pernikahan yang ada di koperku. Apa sebaiknya aku tidak usah pergi? Baju ini terlalu mendekati warna putih, aku takut disangka tak sopan pada pengantin perempuan" ucapnya sedikit malu. Tangan gadis itu memelintir tali tas yang ditentengnya. Tesha menghela nafas, lalu berjalan mendahului si direktur. Bukannya menjawab, laki-laki itu cuma termangu di tempat.

"Perfect.. you look ama..zing."

Ocean berdeham sebelum melanjutkan ucapannya karena suara si direktur tiba-tiba menghilang entah kemana. Dia tak yakin Tesha mendengar pujian tulusnya barusan. Laki-laki itu menyusul langkah karyawatinya dengan menggaruk tengkuk yang tak gatal, menuju pesta pernikahan adik sepupunya.

Tunggu..tunggu, mereka dalam perjalanan bisnis ke Balikpapan bukan? Bagaimana sekarang bisa terjebak di acara pesta pernikahan?

Mari kita flashback pada kedatangan mereka di bandara Sepinggan, dengan disambut oleh keluarga si direktur

Ocean tak mencium hal mencurigakan saat malam sebelumnya sang mama merecoki dengan berbagai pertanyaan seperti kapan tiba di Balikpapan? Dengan siapa dia melakukan perjalanan bisnis kali ini dan lain sebagainya. Ocean anggap itu percakapan biasa. Semua berubah saat Ocean mendengar teriakan kompak dua adik perempuannya, Eshal dan Fairshy.

"Abang.." juga mamanya yang tersenyum dan memanggilnya.

"Kok mama di sini?" Ocean baru bisa bertanya setelah kagetnya hilang.

"Jemput abang lah. Mumpung abang di Balikpapan, sekalian datang ke nikahan Nayla nanti malam ya" mamanya tersenyum sumringah. Perempuan berjilbab itu menoleh pada Tesha yang berdiri di sebelah si direktur tanpa tahu apa-apa. "Masya Allah, ini anak siapa yang abang bawa? Ayu tenan" oke, mamanya asli Jawa Tengah. Solo lebih tepatnya. Dia mengulurkan tangan pada Tesha dan diterima gadis itu sembari mengulas senyuman lembut.

"Tesha" ucapnya mengenalkan diri.

"Aduh, senyumnya bikin mama oleng. Abang kok bisa fokus kerja kalau ada yang beginian di kantor" jangan harap itu diucapkan dalam hati. Terang-terangan si mama bicara di depan karyawatinya ini. Ocean mulai malu.

"Ma, saya itu datang untuk urusan pekerjaan" Ocean mengusap pelipis, mamanya tak mengubris.

Perempuan pensiunan PNS di situs cagar budaya itu menatap Tesha dengan mata takjub berbinar-binar hingga yang dipandang mulai malu dan salah tingkah. "Kami sibuk, mama. Nanti saya kirim paket liburan buat Nayla dan suaminya sebagai hadiah pernikahan saja ya" Ocean mencoba bujuk rayu, baru kemudian mamanya menoleh. "Gak bisa, abang harus datang. Sandra sama suaminya diundang" oke, Ocean baru paham akar masalah dari semua ini. "It's none of my business. Saya sama Sandra itu putus udah lama banget, mama" tapi mamanya balik berkata "but it's my business and I am your mom, abang".

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang