Chapter|05

6.5K 745 23
                                    

Satu kejadian menggemparkan terjadi sore ini di tim 1. Jesse, tiba-tiba pingsan. Sontak seisi Departemen Pengembangan Bisnis dibuat panik, terutama si direktur. Sebab perempuan itu pingsan di dalam ruangan kantornya setelah menyerahkan notulen rapat.

"Ada yang bawa minyak kayu putih gak?" Ocean setengah berteriak, disambut sigap oleh Coco. "Gue boss."

"Tolongin Co" dengan kedua tangan bersedekap di dada dan raut muka cemas, Ocean meminta Coco mengolesi Jesse dengan minyak kayu putih. Sementara perempuan itu berbaring di atas sofa. Ada Cherry dan Tesha yang memijati kaki dan tangan Jesse, sementara yang lain berkerumun cemas dan ingin tahu dalam kantor si direktur sore ini. Jesse. Si perempuan cantik, seksi dan menarik yang selalu terlihat segar bugar dan menyenangkan mata tiba-tiba pingsan. Cherry dan Tesha bangkit saat Coco datang, mulai mengolesi telapak kaki Jesse.

"Gimana Co? Coba hidungnya juga dibau minyak kayu putih itu Jesse."

Scarlett heboh saat melihat Coco tertegun di tempat selang beberapa waktu dan tak ada tanda-tanda Jesse mulai sadar.

"Eh.. gimana?" Coco gelagapan balik bertanya, mendorong tiap orang gemas bukan main dengan raut mukanya.

"Elu gak ngelamun kan neng, ya Allah.." Scarlett mengepalkan kedua tangan karena tak telaten, hampir mendekat pada sofa.

"Sini gue aja yang.." tapi Coco serta merta bangkit dengan bola mata bergerak cepat. Tanda dia gelisah.

"Gu..gue bawa Jesse ke rumah sakit aja" ucap gadis itu lantang. Ucapan yang berhasil membuat seisi ruang terpelongo. "Oke, itu ide bagus. Remy sama Nico bantuin Coco bawa Jesse. Saya turun siapin mobil" tapi ide itu disambut baik oleh si direktur.

"BOSS!!!"

Ocean yang cemas bukan main hampir meraih kunci mobil yang menggantung dengan blazer coat dan tas kerjanya tapi suara lantang Coco mengurungkan niat itu. Tak hanya Ocean, seisi ruang mulai bertanya-tanya akan sikap Coco. Itu suara terlantang yang pernah dikeluarkan mulut perempuan kalem bernama Coco.

"Gue yang anter. Boss punya janji meeting dengan tamu dari Balikpapan satu jam lagi kan? Mending berangkat sekarang dari pada telat. Gue anter Jesse sama Remy. Sekalian kita antar dia pulang. Jangan khawatir, gue janji ngabarin keadaan Jesse di grup chat."

Tak hanya lantang, kini Coco nyerocos bagai tak mau seorang pun menyelah dan membantah idenya.

"Tapi kan Co.." Ocean hampir tak setuju. Namun itu sebelum suara Kim yang sejak tadi menyandar pada tembok menyelah.

"Sebaiknya begitu, pak. Tamu anda datang dari luar kota. Saya rasa Jesse kram perut karena menstruasi dan kelelahan. Tadi dia juga tidak makan siang, dan saya dengar dia tak sempat sarapan. Jesse tak akan nyaman kalau terlalu banyak laki-laki yang mengantar".

"Oh.." Ocean menggaruk pangkal hidungnya, salting. Suara oh dan ah pun bersambut-sambutan dalam ruang itu. "Kim..kenapa gak bilang dari tadi sih? Aku Kira Jesse kenapa-kenapa loh" menghampiri Kim yang berdiri tenang di belakang sana, Cherry mencebikkan bibir. Kim hanya tersenyum samar.

Gerakan kecil Jesse di atas sofa mencuri perhatian tiap orang. "Oh, Jesse udah sadar. Yuk Remy bantuin aku mapah dia" Coco mengisyaratkan Remy agar bergegas. Di bawah tatapan mata setiap orang, dua orang itu memapah Jesse. "Kita ke RS ya" Coco berbicara dengan Jesse yang menyandarkan kepala pada pundaknya. Sedikit kewalahan si Coco terlihat, postur tubuh Jesse yang sehat berisi jelas tak seimbang dengan perempuan kalem yang mungil itu. "Hati-hati nyetirnya ya. Jules udah bukain lift. Nico udah hidupin mobil. Jangan lupa kabarin kita kalau Jesse udah enakan."

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang